Jogja
Kamis, 18 Maret 2010 - 10:47 WIB

Kapolda: DIY rawan teroris

Redaksi Solopos.com  /  Budi Cahyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

JOGJA: Kepolisian Daerah (Polda) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memfokuskan pengawasan pergerakan anggota jaringan teroris di Provinsi DIY terutama di Kabupaten Gunungkidul, Kulonprogo dan Sleman. Tiga daerah itu, berbatasan langsung dengan wilayah Jateng dan rawan dijadikan tempat persembunyian.

“Kabupaten Gunungkidul kami nilai paling rawan, sehingga pengawasan kami konsentrasikan di wilayah itu,” kata Kapolda DIY Brigjen Pol Sunaryono, seusai gladi operasi Aman Nusa VII 2010 di Stadion Maguwoharjo, Rabu (17/3). Lantaran sama-sama berbatasan langsung dengan kabupaten di Jawa Tengah, Kabupaten Kulonprogo dan Sleman juga merupakan daerah yang rawan dijadikan wilayah pergerakan dan persembunyian teroris.

Advertisement

Sunaryono mengatakan telah beberapa kali melakukan operasi keamanan bersama Polda Jawa Tengah. Operasi difokuskan di wilayah perbatasan antara Gunungkidul dengan Wonogiri, Gunungkidul dengan Klaten, maupun Sleman dengan Magelang, serta Kulonprogo dengan Purworejo. Dari penyelidikan dan pengawasan yang dilakukan selama ini, kata dia, memang belum ada indikasi kelompok teroris bersembunyi di DIY. Namun, langkah antisipasi dengan melakukan pengawasan tetap dilakukan terutama di jalur-jalur perbatasan. “Kami tidak mau kecolongan,” cetusnya.

Sunaryono mengimbau masyarakat terus menjaga keamanan lingkungan sekitarnya, dan selalu waspada terhadap kegiatan kelompok orang yang cenderung tertutup, terutama mereka yang bukan penduduk setempat atau pendatang. “Masyarakat harus meningkatkan upaya tangkal dan tanggap terhadap lingkungan sekitarnya, karena biasanya kelompok teroris melakukan kegiatan tidak di permukaan,” katanya. Oleh karena itu, jika ada pendatang atau kelompok pendatang yang melakukan kegiatan secara tertutup di suatu daerah, masyarakat harus segera melapor kepada kepolisian setempat.

Advertisement

Sunaryono mengimbau masyarakat terus menjaga keamanan lingkungan sekitarnya, dan selalu waspada terhadap kegiatan kelompok orang yang cenderung tertutup, terutama mereka yang bukan penduduk setempat atau pendatang. “Masyarakat harus meningkatkan upaya tangkal dan tanggap terhadap lingkungan sekitarnya, karena biasanya kelompok teroris melakukan kegiatan tidak di permukaan,” katanya. Oleh karena itu, jika ada pendatang atau kelompok pendatang yang melakukan kegiatan secara tertutup di suatu daerah, masyarakat harus segera melapor kepada kepolisian setempat.

Geladi lapangan
Kendati telah mendapat kepastian Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama batal berkunjung ke Jogja, Polda DIY tetap siaga penuh. Sekitar 1.325 personel kepolisian dari berbagai jajaran satuan wilayah dalam lingkup Polda DIY melakukan geladi lapangan dalam rangka pengamanan kunjungan Presiden AS Barack Obama, Rabu (17/3) di Stadion Maguwoharjo, Depok,Sleman.

“Memang kami telah mendapat kepastian dari Tim Amerika maupun Mabes Polri bahwa Presiden Obama batal berkunjung ke Jogja, tapi kami tetap siaga penuh untuk menciptakan kondisi kemanan yang kondusif,” kata Sunaryono. Kabid Humas Polda DIY, AKBP Anny Pudjiastuti menginformasikan, latihan tersebut bertujuan untuk meningkatkan dan memantapkan keterpaduan fungsi operasional Polri serta unsur terkait lainnya dalam operasi khusus pengamanan kunjungan Presiden AS.

Advertisement

Kesiagaan ini barangkali bukan isapan jempol. Pasalnya pada awal Juni 2007 lalu, Polda DIY pernah menangkap sejumlah teroris anggota jaringan Abu Dujana dan menahan di Markas Komando (Mako) Utama Brimob Polda DIY sebelum diterbangkan ke Jakarta untuk diproses di Mabes Polri. Sembilan teroris itu yakni Abu Dujana, Zarkasih, Nur Fauzan, Isa Ansori, Taufi k Kondang, Aris Widodo, Arif Syaifudin, Nur Afi fudin alias Suharto dan Aziz Mustafa.

Sasaran & pola berbeda
Kapolri Jenderal Polisi Bambang Hendarso Danuri mengatakan, telah terjadi perubahan pada sasaran-sararan dan pola aksi terorisme di Indonesia. “Dari hasil perkembangan juga apa yang saya sampaikan kemarin itu, memang seperti Dulmatin sudah memerintahkan kepada saksi yang kita tangkap hidup, bahwa memang ada perintah fa`i,” kata Kapolri di Istana Negara, Jakarta, Rabu, usai menghadiri seminar internasional pertahanan
bertema Indonesia Menuju 2025.

Fa`i, jelas Kapolri, adalah melakukan serangan dengan kekerasan-kekerasan kepada sasaran tertentu. “Itu salah satu pola yang juga kita lihat dulu telah dilakukan tapi sekarang agak lebih fokus,” kata Bambang Hendarso seperti dilansir Antara. Saat ditanya apakah sasaran tersebut tidak lagi orang asing namun juga orang-orang yang dinilai berseberangan, Kapolri mengatakan, “Tidak, tapi yang dinilai oleh mereka `seolah-olah mereka itu kaya kita-kita ini`, apakah Polri, TNI atau aparat pemerintah. Itu dianggap thagut. Itu sah kalau dijadikan sasaran mereka”.

Advertisement

Menurut Kapolri, informasi perubahan sasaran itu diperoleh dari para terduga teroris yang tertangkap. Mengenai kemungkinan Istana menjadi sasaran, Kapolri menolak dugaan itu. “Tidak secara spesifik seperti itu,…Tapi yang jelas bahwa mereka melakukan rangkaian kegiatan yang memang sudah dengan pola-pola dikembangkan yang berbeda dengan yang lalu.” “Dengan pelatihan militer, dengan persenjataan yang berbeda, tidak lagi dengan bom. Berartikan ada pola yang baru yang akan dikembangkan,” katanya.

Lebih lanjut Kapolri menjelaskan, guna mengatasi pergerakan para teroris di masyarakat Polri selain melakukan pengejaran terhadap para tersangka juga memberikan penjelasan dan sosialisasi kepada masyarakat untuk turut serta melakukan pencegahan terhadap kemungkinan para anggota jaringan teroris melakukan tindakan kekerasan atau mensosialisasikan jajarannya.

Oleh MG Noviarizal Fernandez
HARIAN JOGJA

Advertisement

Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif