Jogja
Kamis, 24 Mei 2012 - 09:50 WIB

Abrasi di Pantai Kuwaru Kian Parah

Redaksi Solopos.com  /  Harian Jogja  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Abrasi Pantai Kuwaru (JIBI/Harian Jogja/M3)

Abrasi Pantai Kuwaru (JIBI/Harian Jogja/M3)

BANTUL—Penduduk sekitar Pantai Kuwaru, Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Bantul mendesak pemerintah daerah (pemda) setempat membuat breakwater untuk mengurangi abrasi.

Advertisement

Ketua Kelompok Sadar Wisata Pantai Kuwaru, Punijo, mengatakan abrasi telah berlangsung selama 12 tahun. “Kami juga telah berkali-kali meminta breakwater (pemecah gelombang laut) dibangun di sini,” imbuh dia ketika ditemuka Harian Jogja, Rabu (23/5).

Menurut Punijo, sejak tiga tahun terakhir pihaknya sudah bertemu dengan kepala pemerintah daerah setempat dan DPRD Bantul terkait pembangunan breakwater. Pihak pemerintah dan DPRD juga pernah berkunjung ke Kuwaru dan melihat langsung dampak abrasi.

Advertisement

Menurut Punijo, sejak tiga tahun terakhir pihaknya sudah bertemu dengan kepala pemerintah daerah setempat dan DPRD Bantul terkait pembangunan breakwater. Pihak pemerintah dan DPRD juga pernah berkunjung ke Kuwaru dan melihat langsung dampak abrasi.

“Pantai Glagah punya breakwater, dan itu efektif menahan gelombang laut,” kata Punijo. Pantai Glagah terletak di Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo.

Seperti halnya Kuwaru, pantai tersebut mengalami abrasi. pemerintah setempat membangun breakwater sejak 2006 untuk mengatasi penggerusan pantai.

Advertisement

Warga lainnya, Didik, menuturkan breakwater akan sangat membantu menahan gelombang laut. “Gelombang laut akan pecah dan kembali ke laut, tidak langsung ke pantai,” cetus dia.

Abrasi yang terus terjadi di Kuwaru menghambat nelayan dalam mendarat dan menambatkan perahu. Jika dibiarkan, nelayan tidak akan memiliki tempat lagi untuk memarkirkan perahunya.

Pohon cemara udang yang ditanam sekitar sebelas tahun lalu untuk mencegah abrasi ternyata tidak efektif mengatasi penggerusan pantai. Dari sekitar 10.000 ribu pohon yang ditanam, hanya tersisa sebagian. Sebagian lainnya turut tumbang tergerus gelombang laut.

Advertisement

“Akar pohon cemara udang tidak kuat menahan pasir pantai dari gerusan air laut. Pohon-pohon ini hanya bisa menahan angin,” terang Punijo. Sedangkan, pohon bakau tidak dapat ditanam di tanah berpasir sehingga tidak bisa digunakan di Kuwaru.

Abrasi yang berlangsung sejak 2000 telah menggerus sekitar 75 meter bibir pantai. Lebar pantai yang awalnya sekitar seratus meter sekarang berkurang menjadi 30 meter.

Pantauan Harian Jogja, abrasi berlangsung di sepanjang garis pantai. Hal ini tidak hanya membuat nelayan kesulitan, tapi juga mengancam pariwisata Kuwaru, termasuk warung-warung makan yang berjejer di pinggir pantai.

Advertisement

Beberapa wisatawan yang ditemui mengatakan agak takut berjalan di pinggir karena pantai yang semakin curam setelah abrasi. Padahal, pantai ini merupakan tempat tujuan wisata yang baru berkembang.

“Dua tahun lalu saya kemari, pantai ini masih sepi. Sekarang sudah ramai dan banyak yang berjualan,” ujar Urip, warga Desa Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Bantul. Dia mengatakan Kuwaru memiliki udara yang lebih sejuk dibanding pantai lainnya karena ada pepohonan cemara udang.

Sarijan, warga Kecamatan Sanden, Bantul menuturkan dia sering datang ke Kuwaru karena banyak pepohonan. “Tapi, saya memang menghindari berjalan terlalu dekat dengan garis pantai, karena terlalu curam dan ombaknya cukup besar,” terang dia.

Advertisement
Kata Kunci : Abrasi KUWARU Pantai
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif