Jogja
Jumat, 19 Juli 2013 - 12:31 WIB

KURIKULUM 2013 : Guru Merasa ada Persinggungan Sistem Penilaian

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto Ilustrasi Kurikulum 2013

JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto
Ilustrasi Kurikulum 2013

Harian Jogja.com, JOGJA—Setelah Kurikulum 2013 mulai diterapkan, diketahui jika unsur penilaian yang tertuang dalam Kurikulum 2013 bersinggungan dengan aspek penilaian pada Ujian Akhir Nasional (UAN).

Advertisement

Guru Matematika kelas 7 SMPN 8 Jogja, Theresia Parwati mengatakan, selama mengikuti pelatihan Kurikulum 2013, ia mendapati adanya perbedaan komponen penilaian untuk siswa. Sebab Kurikulum 2013 tidak hanya menekankan aspek kognitif atau pengetahuan siswa, tetapi juga aspek sikap dan keterampilan.

“Sedangkan UAN hanya menilai dari sisi kognitif. Rasanya sudah tidak cocok untuk menjadi penilai akhir untuk pembelajaran kurikulum yang baru,” ujarnya saat ditemui di sekolah bersangkutan, Kamis (18/7/2013).

Pembelajaran siswa di kelas, kata dia, tidak sebatas menyimpulkan materi yang diterima dari guru. Dalam kurikulum baru tersebut, siswa juga diajak mengamati, mempertanyakan, menalar, mencoba baru menyimpulkan.

Advertisement

Proses berpikir dan bersikap secara kritis, runtut serta pengembangan keterampilan siswa disebutnya sulit dibakukan serta membutuhkan waktu yang lama. Sehingga pola ini tidak dapat dinilai dalam beberapa hari layaknya pelaksanaan UAN selama ini.

Guru IPA kelas 7 SMPN 8 Jogja, Ety Hernawati mengatakan pada Kurikulum 2013 kedalaman materi berkurang, tetapi implementasi praktik lebih banyak. Hal ini menunjukan kekuatan Kurikulum 2013 tidak hanya dari ranah kognitif tetapi juga aspek afektif dan psikomotorik. Atas alasan itu, penilaian di dalam rapor tidak hanya berisi angka tetapi juga deskripsi penilaian perilaku siswa selama mengikuti mata pelajaran.

Dari sisi implementasi Kurikulum 2013, Praswasti menambahkan, harus bekerja lebih keras dalam waktu singkat. Pasalnya panduan yang diberikan dari pusat, silabus belum lengkap, sedangkan rencana pengembangan pembelajaran (RPP) belum disediakan.
“Bahkan petunjuk RPP tidak ada. Saya harus mengejar waktu apalagi waktu yang tersedia sangat singkat,” imbuhnya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif