Jogja
Selasa, 13 Agustus 2013 - 09:45 WIB

ROYAL WEDDING NGAYOGYAKARTA : Abra Pilih Hayu agar Seperti Kartini

Redaksi Solopos.com  /  Maya Herawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - GKR Hayu dan KPH Notonegoro. (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

GKR Hayu dan KPH Notonegoro. (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Harianjogja.com-Putri keempat Sri Sultan Hamengku Buwono X, Gusti Raden Ajeng Nurabrajuwita bakal menikah dengan Angger Pribadi Prabowo, pada 22 Oktober mendatang. Apa saja persiapan keduanya, simak laporan berikut ini:

Advertisement

Senin (12/8/2013) siang, dilakukan prosesi wisuda calon mantu Sultan di kompleks Kraton. Pagi sekitar 10.00 WIB, Angger menjalani wisuda pemberian nama baru di Bangsal Ksatriyan, Kraton. Wisuda itu sekaligus menjadi upacara resmi masuknya Angger ke dalam keluarga Kraton.

Kekancingan nama baru diberikan Sultan melalui adik tertuanya Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Hadiwinoto. Sebagai penanda masuknya Angger dalam keluarga Kraton, diberikan pula sebilah keris yang disematkan di bagian belakang punggung Angger.

Advertisement

Kekancingan nama baru diberikan Sultan melalui adik tertuanya Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Hadiwinoto. Sebagai penanda masuknya Angger dalam keluarga Kraton, diberikan pula sebilah keris yang disematkan di bagian belakang punggung Angger.

Seusai acara, Jeng Abra, begitu sapaan akrab GRA Nurabrajuwita, mengenakan kebaya warna hijau duduk berdampingan dengan Angger yang menggenakan beskap warna putih di Kediaman Sultan, Kraton Kilen.

Mereka menceritakan soal nama pilihan nama baru yang resmi dikenakannya pada hari itu. Duduk di samping kiri mereka adalah para abdi dalem sentono yang tak lain adalah keturunan HB VIII.

Advertisement

Adalah Gusti Kanjeng Ratu Hayu, pilihan nama baru Abra. Sedangkan Angger memutuskan untuk memakai nama Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Notonegoro.
Pemilihan nama itu melalui proses yang cukup panjang.

Jatiningrat yang akrab dipanggil Romo Tirun mengatakan setidaknya sampai ada tiga kali pertemuan antara para sentono, Sultan, dan pasangan untuk menampung aspirasi nama hingga akhirnya saling setuju.

“Pergantian nama dilakukan mengikuti perubahan status dan tanggung jawab barunya,” ujar Romo Tirun seraya mengatakan nama baru itu juga bagian dari harapan agar yang bersangkutan dapat menjadi teladan.

Advertisement

Abra mengaku sebelum akhirnya memutuskan memilih nama GKR Hayu terlebih dahulu mencari- cari rentetan keturunan nama leluhur yang dikenakan oleh ibunya, yakni Gusti Kanjeng Ratu Hemas. Tapi, ujung- ujungnya, usulan penggunaan GRK Hayu oleh para kerabat adalah nama yang dianggapnya tepat.

Salah satu pertimbangan kuatnya, karena berdasarkan sejarah, nama itu sebelumnya digunakan oleh putri HB VI, hasil pernikahannya dengan GKR Hageng. Hayu kemudian menikah dengan Paku Alam IV.

Kemudian mereka dipisahkan karena tak memiliki keturunan dan menikah lagi dengan Bupati Raden Mas Adipati Aryo Hadiningrat yang memiliki keturunan Bupati Jepara RM Adipati Aryo Sasraningrat. Adipati Aryo kemudian menikahi Rr. Ngatirah dan memiliki putri Raden Ajeng Kartini.

Advertisement

“Syukur-syukur sepak terjang saya seperti RA Kartini,” kata wanita Lulusan Bussines Information System, Bournemouth University, Inggris itu.

Selanjutnya untuk mengejar kariernya, Abra melanjutkan kembali studi S2nya dengan gelar MBA di sebuah universitas di New York tahun depan. Atas alasan itu pula, Abra memilih meninggalkan jabatannya sebagai Game Produser Gameloft. “Setelah selesai, Insyaallah saya ingin punya perusahaan sendiri di bidang IT [Informasi dan Teknologi],” katanya.

Kemantapan Abra memilih GKR Hayu, karena pasangannya tersebut merupakan kelahiran Kudus, Jawa Tengah yang dulu merupakan satu Karisedenan Pati yang salah satunya meliputi wilayah Jepara- tempat kelahiran RA Kartini. “Hayu itu juga berarti becik rupane, rahayu atau selamet. Diharapkan selalu mendapatkan berkah keselamatan,” sambung Tirun.

Sedangkan nama KPH Notonegoro, menurut Tirun, itu tak jauh dari pekerjaan Angger sekarang sebagai staf Biro Manajemen Perserikatan Bangsa-Bangsa. Notonegoro itu bermakna ‘menata negara’. Notonegoro sebelumnya adalah nama seorang guru besar terkemuka Prof Notonegoro yang kala itu meminta kepada Presiden Soekarno agar Indonesia kembali ke Undang-undang Dasar 1945. “Permohonan itu dulu dilakukan di Siti Hinggil,” ujar Tirun.

Prosesi pernikahan keduanya akan dilakukan pada 20-23 Oktober. Ijabnya akan dilakukan pada 22 Oktober. Seperti pada pernikahan adiknya, GKR Bendara pada 2011, setelah ijab dilakukan resepsi di Bangsal Kepatihan. “Kirab tetap ada. Hanya ada tambahan jumlah kuda yang menarik kereta,” ujar Prabukusumo.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif