Harianjogja.com, BANTUL- Badan Lingkungan Hidup (BLH) Bantul mencatat tiga desa di pesisir selatan paling parah terkena dampak tambak udang.
Tiga desa tersebut yaitu Desa Parangtirits Kecamatan Kretek, Desa Srigading Kecamatan Sanden serta Desa Poncosari Kecamatan Srandakan.
Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Dokumen Lingkungan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Bantul Priya Haryanta menyatakan, di Desa Parangtritis, ekspansi tambak merambah kawasan gumuk pasir sehingga mengubah bentuknya.
Tidak hanya itu, pepohonan seperti akasia dan cemara udang juga musnah. “Pohon-pohon itu yang ditebang, akhirnya tidak ada lagi penghalang angin dari laut ke daratan,” terang Priya Haryanta, Kamis (4/9/2014).
Di Kecamatan Sanden, BLH menemukan Desa Srigading ikut terkena dampak tambak udang dengan kondisi yang memprihatinkan. Ekspansi tambak menurutnya ikut merambah sebagian kecil tanaman manggrove yang ada di desa ini.
Tidak hanya itu, air payau dari tambak juga mencemari lahan pertanian di sekitarnya. BLH kini tengah meneliti, apakah ada perubahan derajat keasaman tanah pertanian yang terpapar air tambak udang tersebut.
“Di Srigading pandan dan pohon cemara udang juga rusak,” ujarnya.
Sementara itu di Desa Poncosari, Srandakan, keberadaan air dan limbah tambak udang mengancam Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) yang baru saja dibangun.
Selain jalan rentan rusak karena masuknya air payau, penggalian kolam tambak juga mempengaruhi kekuatan JJLS yang bakal menjadi jalan nasional.
“Kami juga khawatir, air tambak ini juga mencemari sumur warga,” paparnya. Dampak lingkungan tersebut belum termasuk penebangan pohon cemara udang, leresede dan pandan di wilayah srandakan.
Kajian lingkungan dari dampak udang tersebut diprediksi memakan waktu minimal dua minggu. Hasil kajian lingkungan itu akan disampaikan ke Bupati untuk menjadi pertimbangan pengambilan kebijakan.