Jogja
Sabtu, 25 Oktober 2014 - 15:00 WIB

Bronjong Lenyap, Warga Bangunharjo Terancam Banjir

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi sawah terendam banjir. (JIBI/Solopos/Dok.)

Harianjogja.com, BANTUL- Bronjong penahan banjir di Dusun Ngoto dan Pandean Desa Bangunharjo, Sewon, Bantul rusak parah jelang musim hujan tahun ini. Warga khawatir kembali menjadi korban bencana banjir.

Pantauan Harianjogja.com di Dusun Ngoto dan Pandean, sedikitnya ada tiga titik lokasi bronjong yang rusak parah bahkan telah lenyap ditelan arus Sungai Code yang melintasi wilayah ini.

Advertisement

Dua titik bronjong masing-masing sepanjang sekitar 20 meter sudah hilang akibat diterjang arus sungai. Sedangkan satu titik lagi rusak karena fondasi bangunannya sudah turun.

“Dulu di seberang sungai itu ada bronjong, tapi sekarang sudah lenyap. Sedangkan yang masih tersisa itu kondisinya sudah turun, dan jelas akan dilampaui air saat hujan,” ungkap Ahmad Effendi, 38 warga RT 1, Dusun Ngoto sembari menunjuk lokasi bronjong Kamis (23/10/2014).

Advertisement

“Dulu di seberang sungai itu ada bronjong, tapi sekarang sudah lenyap. Sedangkan yang masih tersisa itu kondisinya sudah turun, dan jelas akan dilampaui air saat hujan,” ungkap Ahmad Effendi, 38 warga RT 1, Dusun Ngoto sembari menunjuk lokasi bronjong Kamis (23/10/2014).

Bronjong tersebut mulai dibangun pada 2012, serta pernah mengalami musim hujan dan banjir pada 2013. Namun, sebelum musim hujan 2014, bronjong yang dibangun oleh pemerintah DIY itu sebagian sudah lenyap. Padahal banjir selalu terjadi setiap tahun.

Ahmad menduga, faktor lenyap dan rusaknya bronjong tersebut tidak hanya semata disebabkan terjangan Sungai Code, namun juga akibat ketahanan bangunan yang tidak memadai. “Enggak cuma arus saja, bangunannya juga tidak kuat waktu bikinnya,” tuturnya.

Advertisement

Kendati di Bantul tidak terjadi hujan, namun banjir kiriman dari Gunung Merapi menurutnya tetap terjadi bila di wilayah itu diguyur hujan.

Padahal, lokasi banjir tidak hanya dihuni rumah tangga biasa namun juga usaha pembuatan tahu dan tempe sebanyak delapan kepala keluarga.

“Kalau sudah banjir, terpaksa produksi tutup. Ini biasanya dua tahun sekali besar banjirnya. Terakhir 2012 yang besar dan kemungkinan tahun ini,” lanjutnya.

Advertisement

Ketua RT 1 Dusun Ngoto Puji Winarto menyebut, tercatat sekitar 100 meter total bronjong yang rusak maupun yang telah lenyap.

“Kalau bronjong rusak, banjir bakal semakin parah,” paparnya.

Ia berharap pemerintah segera bertindak cepat sebelum banjir terjadi saat musim hujan yang diperkirakan dimulai bulan ini.

Advertisement

Lantaran sekali banjir, warga harus menanggung kerugian hingga ratusan juta akibat lumpuhnya perekonomian serta rusak dan hilangnya harta benda.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif