Jogja
Selasa, 10 Februari 2015 - 13:20 WIB

KEISTIMEWAAN DIY : Islam Tak Menghalangi Ratu Pimpin Kesultanan

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Keistimewaan DIY, opsi Sultan perempuan ternyata tidak bertentangan dengan ajaran Islam.

Harianjogja.com, JOGJA-Cendekiawan muslim yang juga bekas Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Azyumardi Azra berpendapat dalam tradisi keislaman di Indonesia tak menghalangi perempuan untuk memimpin sebuah kerajaan.

Advertisement

Menurut Azyumardi, dalam sejarah kesultanan di Indonesia, pada abad ke-17 pernah ada tiga orang ratu memimpin kerajaan di Aceh. Ia menilai, yang menghalangi perempuan menjadi ratu itu karena ada tradisi dalam kerajaan secara turun temurun. Maka perlu dibedakan antara tradisi keislaman dengan ketentuan kerajaan.

Sama halnya sejarah Kraton Yogyakarta Hadiningrat pun dipimpin seorang raja dari garis keturunan laki-laki. Menurut Azyumardi, bukan hanya di Jogja, di beberapa tempat lain termasuk di eropa masih ada beberapa kerajaan yang belum merubah tradisi kerajaan dipimpin perempuan.

“Kesultanan Jogja tak ada putra mahkota. Adanya putri mahkota saya kira enggak apa-apa. Ditempat lain juga ada jadi ratu misal di inggris,” kata Azyumardi seusai mengikuti Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) ke-VI di Pagelaran Kraton, Jogja, Senin (9/2/2015)

Advertisement

Untuk memberi kesempatan perempuan menjadi ratu, lanjut Azyumardi, perlu ada perubahan ketentuan kerajaan atau perubahan statuta kerajaan. “Saya kira umat islam, ormas juga engggak keberatan Jogja punya ratu,” ujar Pria yang menyelesaikan pendidikan magister dan doktornya di Columbia University ini.

Azyumardi menambahkan Islam Indonesia adalah Islam yang moderat (Washaton) yang berbeda dengan tradisi keislaman di Arab. Dalam sejarah Indonesia tidak ada ada konflik agama yang sampai berdarah-darah. Indonesia relatif rukun dan kerukunan itu, lanjut dia, harus diperkuat terus menerus.

Menurut Azyumardi, tradisi keislaman Indonesia ini menjadi model keberagamaan di banyak negara termasuk Amerika dan Eropa. Banyak yang ingin belajar keberagamaan dari Indonesia.

Advertisement

“Model ini bisa menjadi kontribusi Indonesia bahkan menjadi peradaban dunia,” tnadas pria kelahiran Padang Pariaman, Sumatra Barat ini.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif