Jogja
Kamis, 12 Februari 2015 - 09:20 WIB

JOKOWI PRESIDEN : Bicara Kemiskinan, Jokowi: Sakitnya Disini

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Konferensi pers Presiden Jokowi terkait KPK vs Polri, Minggu (25/1/2015). (JIBI/Solopos/Antara/Setpres-Intan)

Jokowi Presiden memaparkan mengenai fakta kemiskinan di Indonesia.

Harianjogja.com, JOGJA-Presiden RI Joko Widodo resmi menutup secara simbolis Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) ke-VI di Hotel Inna Garuda, Rabu (11/2/2015). Turut mendampingi Jokowi, Menteri Sekretaris Negara Partikno dan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heriawan.

Advertisement

Jokowi tiba di lokasi acara sekitar pukul 10.03 WIB dengan mengenakan batik bermotif hijau tua dipadu celana hitam. Suasana sempat hening sejenak untuk menyambut bekas Wali Kota Solo itu. Suasana kembali mencair setelah Jokowi menyapa dengan ucapan salam.

Dihadapan ratusan umat Islam, Jokowi lebih banyak memaparkan soal kondisi Indonesia saat ini yang masih banyak kemiskinan dan pengangguran. Jokowi pun mengajak untuk menyelesaikan persoalan tersebut secara bersama-sama.

Paparan Jokiwi disampaikan dengan santai sekitar setengah jam. Sesekali gaya bicara Jokowi mengundang tawa yang hadir lewat ucapan-ucapannya. Di antaranya saat pria yang pernah menjabat gubernur DKI Jakarta sekitar dua tahun ini mengungkapkan masalah ketimpangan antara yang miskin dan kaya. Ia mengambil contoh ketimpangan di Jakarta.

Advertisement

“Disini rasanya kelihatan sekali. Dan sakitnya juga kelihatan disini,” uangkap Jokowi sambil memegang dada. Sontak ungkapan dengan kata-kata kutipan lagu Cita Citata itu disambut tawa dan tepuk tangan yang hadir.

Selain itu, ungkapan ketidak percayaan Jokowi akan angka statistik kemiskinan pun kembali mengundang tawa saat Jokowi disodori angka kemiskinan saat menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta. Angka kemiskinan di DKI Jakarta saat itu 3,8 persen. Namun setelah ia belusukan justru lebih banyak.

Ia kemudian kembali membuka data dan ternyata data itu menyebutkan 3,8 persen itu miskin, yang lainnya rawan miskin.

Advertisement

“Apa bedanya miskin, rawan miskin, diduga miskin, hampir miskin. Jangan membuat kata-kata yang sumir dan absurd. Miskin ya sudah miskin,” ucap Jokowi. langsung disambut gelak tawa.

“Itu kan hanya yang diperhalus saja,” tukasnya.

Jokowi mengatakan, jumlah kemiskinan per 2014 masih ada 11 persen atau sekitar 28 jutaan. Meski data dilapangan, kata dia, bisa saja lebih. Tiap kali ia belusukan keluhan masyarakat tidak jauh dari pengangguran dan kemiskinan.

Hal itu diakui Jokowi merupakan fakta yang tidak perlu ditutup-tutupi. Saat ini bagaimana umat Islam dan pemerintah bersama-sama mengatasi persoalan tersebut. Cara mengatasi kemiskinan dan pengangguran, menurut Jokowi, tidak cukup dengan pertumbuhan ekonomi semata namun pertumbuhan ekonomi plus pemerataannya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif