Jogja
Senin, 16 Februari 2015 - 03:40 WIB

BENCANA GUNUNGKIDUL : Pendeteksi Longsor Bakal Dipasang

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kondisi bukit setinggi 70 meter dengan lebar 100 meter di RT 3 RW 9 Dusun Lemahbang, Gayamharjo, Prambanan, Sleman yang longsor pada Senin (9/2). Foto diambil pada Selasa (10/2/2015) siang. (JIBI/Harian Jogja/Rima Sekarani I.N.)

Bencana Gunungkidul berupa longsor masih mengancam.

Solopos.com, GUNUNGKIDUL — Alat Early Warning System (EWS) longsor rencananya akan dipasang di Gunungkidul terutama di wilayah yang rawan longsor.

Advertisement

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul Budhi Harjo mengatakan, pengadaan EWS longsor sudah direncanakan oleh BPBD DIY. Rapat koordinasi dengan BPDB tiap kabupaten pun telah digelar.

“Rencananya alat tersebut akan dipasang antara Mei dan Juni 2015,” ungkap dia kepada JIBI/Harian Jogja, Minggu (15/2/2015).

Advertisement

“Rencananya alat tersebut akan dipasang antara Mei dan Juni 2015,” ungkap dia kepada JIBI/Harian Jogja, Minggu (15/2/2015).

Budi mengatakan, ia belum mengetahui jumlah alat yang akan dipasang di Gunungkidul. Namun, BPBD Gunungkidul sudah melakukan pemetaan wilayah mana saja yang perlu dipasangi EWS tersebut.

“Di Gunungkidul ini ada enam kecamatan yang rawan longsor. Namun, di antara enam kecamatan tersebut, terdapat dua kecamatan yang paling rawan,” ungkap dia.

Advertisement

Pengadaan EWS ini, ia nilai akan sangat membantu masyarakat. Menurutnya, ketika terjadi pergerakan tanah, alat tersebut akan mengeluarkan bunyi. Masyarakat pun akan mengetahui jika akan terjadi longsor. “Masyarakat jadi bisa segera menyelamatkan diri,” imbuh dia.

Namun, ia menambahkan, masyarakat diharapkan bisa mengenali tanda-tanda alam jika akan terjadi longsor. Menurutnya, kewaspadaan harus ditingkatkan ketika hujan turun dengan deras dan dalam waktu yang lama. Selain itu, warga harus waspada jika muncul rembesan atau aliran air dari tebing.

“Misalnya, seperti kejadian di Gedangsari yang merobohkan satu rumah,” ungkap dia.

Advertisement

Menurut Budhi, pemilik rumah Sutrisno saat itu melihat rembesan air di samping rumahnya berwarna keruh setelah hujan turun dengan deras. Ia heran karena biasanya air tersebut jernih. Ia pun curiga akan ada longsor.

“Dia langsung meminta keluarganya ke luar rumah. Selang beberapa detik mereka ke luar, longsor terjadi,” imbuh Budhi.

Terpisah, Kepala Desa Nglegi, Kecamatan Patuk Arifin berharap akan ada pemasangan EWS di wilayah Nglegi. Menurutnya, Desa Nglegi memiliki 17 titik rawan longsor. Jika ada alat tersebut, warga akan mendapatkan peringatan jika akan terjadi longsor. “Kami mengajukan bantuan EWS ke BPBD DIY,” ujar dia.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif