Jogja
Kamis, 26 Februari 2015 - 12:40 WIB

Pedagang di Jogja Tak Berminat Beras Murah

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pekerja melakukan bongkar muat beras di Gudang Bulog Banyakan Sub Divre V Kediri, Jawa Timur, Rabu (7/1/2015). Beras Bulog itu selanjutnya didistribusikan ke wilayah seputaran Kediri. Bulog Sub Divre V Kediri menggelar operasi pasar khusus cadangan beras pemerintah (OPK CBP) dengan menyalurkan 3.182 ton beras untuk warga miskin di Kediri. Langkah itu dimaksudkan untuk mengisi program beras untuk rakyat miskin (raskin) 2015 yang saat ini masih dalam tahap sosialisasi dari pemerintah pusat, serta untuk mengantisipasi terjadinya gejolak harga beras di pasaran. (JIBI/Solopos/Antara/Rudi Mulya)

Pedagang beras di Jogja tidak berminat membeli beras murah yang dijual Pemerintah melalui operasi pasar


Harianjogja.com, JOGJA-Sejumlah penjual menilai pelaksanaan Operasi Pasar Murah (OPM) tidak secara signifikan memengaruhi keputusan penetapan harga beras di kios mereka.

Advertisement

Di sisi lain, masyarakat merasa diuntungkan dengan digelarnya OPM, karena membantu mereka lebih irit dalam pembelian beras, di tengah melambungnya harga beras di pasaran.

Ambar, pemilik Toko Ambar, Kios Nomor 7 Pasar Lempuyangan mengungkapkan pihaknya memilih untuk tetap menjual beras dengan harga seperti yang ia tawarkan sekarang kepada pembeli.

Sudah selama dua pekan, ia menjual beras jenis C4 dengan harga terendah Rp10.000 per kilogram (kg), dari yang sebelumnya seharga Rp8.500 per Kg. Sementara untuk C4 Super dan Mentik Wangi, dari Rp11.000 menjadi Rp13.000.

Advertisement

“Permintaan tetap dan tidak ada pelanggan yang berpindah, yang biasanya beli beras bagus ya tetap ambil yang biasa diambil,” tutur Ambar, Rabu (25/2/2015).

Ia tidak membeli beras yang ditawarkan OPM. Meski tidak menampik beras tersebut dapat dijual kembali. Alasannya, masing-masing pembeli memilih kualitas yang mereka sukai, dan menganggap bahwa kualitas beras yang ditawarkan lewat OPM juga memiliki segmen tersendiri.

“Gak laku, kami beri harga mengikuti agen [pemasok], kalau mereka naik ya naik, kalau mereka turun baru kami ikut turun,” terangnya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif