Jogja
Senin, 16 Maret 2015 - 14:20 WIB

BANJIR KALI BUNTUNG : Rumah Sering Terendam Air, Warga Enggan Pindah

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi banjir selutut (JIBI/Solopos/Antara)

Banjir Kali Buntung di Jogja merendam pemukiman warga, namun warga tetap enggan pindah

Harianjogja.com, JOGJA-Warga di sekitar Kali Buntung memilih tetap bertahan di kawasan wedi kengser, meskipun mengetahui wilayah tersebut kerap dilanda banjir.

Advertisement

Rasmi, warga RT 51 RW 11 Kricak, Tegalrejo, Jogja. Saat banjir melanda kampungnya pada Senin (9/3/2015) malam, rumahnya menjadi salah satu yang terendam. Kursi dan sejumlah perabotan di ruang tamu ikut terendam. Namun ia pada malam itu tidak mengungsi, karena air sudah surut dalam waktu dua jam.

Dia bersama anggota keluarga lainnya langsung membersihkan air dan sampah dari dalam rumah, untuk selanjutnya menempati ruang tamu untuk beristirahat di malam yang sama.

Advertisement

Dia bersama anggota keluarga lainnya langsung membersihkan air dan sampah dari dalam rumah, untuk selanjutnya menempati ruang tamu untuk beristirahat di malam yang sama.

Setelah banjir, dirinya menyatakan kelurahan sudah meninjau talut Kali Buntung.

“Katanya mau ditambah setengah meter. Tapi kurang tahu juga ya, walau talut ditambah, tapi kalau air dan sampahnya lewat gorong-gorong, tetap saja masuk ke sini,” tuturnya, Sabtu (14/3/2015).

Advertisement

“Kalau pindah ke sana gratis enggak apa-apa, kalau bayar enggak mau. Soalnya di sini sudah gratis, enggak kontrak, saya beli tanah,” tambahnya.

Senada, Aris Tutuko, dan Sunarti, juga tidak memiliki niat pindah atau mencari tempat tinggal lain. Sunarti yang asli Boyolali mengaku tinggal di Jogja untuk mencari pekerjaan. Apabila ia pulang, ia tidak akan memiliki solusi untuk mencari penghasilan menyambung hidup.

Aris mengungkapkan dirinya sempat menawarkan sebidang tanah yang sudah ia miliki di Jogja, untuk dibangun rumah tinggal bagi mereka sekeluarga, meski demikian Sunarti, tak lain adalah ibunda Aris, menolak.

Advertisement

“Kami mau, kalau rumah yang peninggalan bapak ini diganti rugi, kemudian tinggal di rusun gratis. Tapi sama saja, tinggal di rusun kami akan memiliki keterbatasan ruang untuk mengadakan kumpul keluarga, bila para perantau pulang,” terang Aris.

Aris mengisahkan banjir di Kali Buntung yang selalu membuat kawasan wedi kengser terendam, mulai semakin sering terjadi ketika warga membuat saluran pembuangan air yang langsung mengarah ke kawasan permukiman, bukan ke arah sungai.

Ketika hujan turun, otomatis air dari buangan warga dan yang berasal dari permukiman yang lebih tinggi akan turun ke arah wedi kengser. Maka, ketika banjir, debit air semakin tinggi.

Advertisement

Sampah yang dibuang langsung ke sungai juga menambah masalah tersendiri. Ia meyakini yang kerap membuang sampah di sungai juga bukan berasal dari kampung setempat, melainkan dari kampung lain.

“Sudah terkena air dari luapan Kali Buntung, kami kena lagi dari air dan sampah yang turun dari atas,” ucapnya sembari memerlihatkan sampah yang disebut dibuang oleh warga yang berada di permukiman lebih tinggi.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif