Jogja
Minggu, 22 Maret 2015 - 21:20 WIB

Perkembangan Kraton Jogja Tak Boleh Keluar Jalur Agama dan Adat

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto Sejumlah abdi dalem kanca gladak didampingi abdi dalem keparak memikul jodang berisi makanan untuk disajikan kepada Sultan dan keluarga di Kraton Kilen, Kompleks Keraton Ngayogyakarta, Jumat (10/01/2014). Tradisi menyiapkan makanan untuk Sultan dan keluarga kerajaan itu dilaksanakan setiap hari pada siang hari jelang makan siang.

Perkembangan Kraton Jogja tidak boleh keluar dari jalur agama dan adat istiadat

Harianjogja.com, JOGJA-Gusti Bendoro Pangeran Haryo (GBPH) Yudhaningrat berharap perkembangan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat tidak keluar dari jalur agama, dan adat istiadat.

Advertisement

Harapan Yudhaningrat yang biasa disapa Gusti Yudho itu diungkapkan seusai menjadi pembicara dalam Forum Bersama Peduli Keistimewaan dan Perdais (Fordais) DIY di gedung PW Muhammadiyah Jogja, Jumat, pekan lalu.

“Kraton jangan menggak menggok, harus tegak lurus sesuai norma dan adat,” katanya.

Gusti Yudho mengatakan, hadeging nagari Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat ke 268 menjadi refleksi bersama melihat Kehkalifahan Kraton dari masa ke masa. Memperteguh kembali silaturahmi Kraton dan Masyarakat sebagaimana yang dilakukan para pendahulu.

Advertisement

Gusti Yudho juga memuji perjuangan Sultan Hamengku Buwono X yang bertahta saat ini yang telah memperjuangkan Keistimewaan DIY dari pusat. Dari keistimewaan tersebut adanya fasilitas dana keistimewaan (Danais) yang tidak sedikit untuk kesejahteraan masyarakat.

“Semoga rakyat Jogja selalu sehat,” harap Asisten Gubernur DIY Bidang Administrasi Umum ini.

Senada juga diungkapkan oleh adik tertua Sultan Hamengku Buwono X, Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Hadiwinoto.

Advertisement

Menurutnya, Kraton harus berpegang teguh kepada apa yang dahulu sudah dibangun oleh dinasti Mataram baik dalam nilai budaya meski ada perbedaan jaman.

“Eksistensi Kraton bisa berlanjut sejak jaman belanda sampai sekarang dan yang akan datang,” kata KGPH Hadiwinoto.

Hadeging nagari Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat 268 diperingati dua hari dua malam, Kamis-Jumat, pekan lalu, dimulai dari ziarah hubur, semaan quran, mujahadah, dan pengajian di Pagelaran Kraton yang dihadiri kiai besar Hasyim Muzadi, Maimun Zuber dan Misbachul Munir. Pengajian ini dihadiri ribuan masyarakat Jogja.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif