Jogja
Senin, 23 Maret 2015 - 13:20 WIB

PERTANIAN BANTUL : Program Organik Dinilai Gagal, Mengapa?

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Petani menabur pupuk di Kediri, Jumat (6/2/2015). (JIBI/Solopos/Antara/Rudi Mulya)

Pertanian Bantul, kerusakan tanah mencapai grade dua sehingga dibutuhkan pupuk kimia

Harianjogja.com, BANTUL—Program pemerintah menggalakkan penggunaan pupuk organik dinilai gagal. Penggunaan pupuk kimia saat ini masih jauh lebih tinggi dibanding pupuk organik.

Advertisement

Anggota Kelompok Tani Dusun Ngemplak, Desa Srigading, Kecamatan Sanden, Sugito, mengungkapkan sudah lima tahun terakhir ini, petani yang dulunya butuh 20 kilogram pupuk kimia, seperti urea atau ponska, sekarang justru menjadi 50 kilogram.

Bila program pupuk organik—yang digulirkan sudah lama—berhasil, tentunya penggunaan pupuk kimia dapat ditekan.

“Padahal, besaran lahan pertanian tiap tahun terus menyusut. Tentunya, kalau menyusut, penggunaan
pupuk kimia juga mengecil tetapi ini justru meningkat. Kemana saja pupuk organiknya?” ujar Sugito, Sabtu (21/3/2015).

Advertisement

Menurut dia banyak hal menyebabkan penggunaan pupuk kimia tinggi. Pertama karena petani sudah terlanjur bergantung dengan pupuk kimia. Tanpa pupuk itu, hasil panen tidak akan sebagus yang diharapkan. Selain alasan kepraktisan lantaran pupuk tinggal ditabur alias tidak perlu mengolah lagi.

“Petani tidak mau repot harus membersihkan kandang ternak, mengolah pupuk organik. Maunya tinggal praktis langsung tabur tapi yang justru merusak lingkungan,” paparnya.

Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul Partogi Dame Pakpahan membatah program pupuk organik gagal. Tingginya pupuk kimia menurutnya karena saat ini kerusakan tanah sudah semakin parah. Alhasil dari waktu ke waktu butuh pupuk yang semakin banyak.

Advertisement

“Di Bantul itu kerusakan tanah sudah grade dua, artinya sudah lampu merah. Makanya butuh sekali pupuk kimia,” ucapnya. Meski di sisi lain penggunaan pupuk organik sudah semakin banyak, Partogi mengklaim di setiap kecamatan memiliki sentra produksi pupuk organik.

Saat ini di daerah Pantai Samas bahkan sudah berdiri pengolahan pupuk organik yang memproduksi 1.000 ton pupuk per tahun.

“Tidak benar kalau program pupuk organik itu gagal. Di Samas itu petani memproduksi pupuk dan disuplai untuk bahan baku pupuk petroganik,” papar Partogi. Namun, saat ditanya berapa total pupuk organik yang terserap di Bantul, Partogi mengaku tidak hapal data.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif