Buruh gendong di Jogja bertemu Istri Wakil Presiden. Dalam kegiatan itu, mereka diberi uang saku Rp100.000 dan selembar selendang
Harianjogja.com, JOGJA- Ketua Paguyuban Buruh Gendong Suyatmi mengungkapkan kekecewaannya karena tidak diberikan kesempatan tanya jawab dengan isteri menteri saat diundang dalam pertemuan di Gedung Agung, Rabu (25/3/2015).
“Padahal kami dan buruh gendong lainnya ingin sekali menyampaikan keluh kesah kami kepada mereka [istri menteri],” keluhnya.
Suyatmi mengatakan, pada dasarnya buruh gendong juga tidak ingin selamanya bekerja sebagai kuli panggul di pasar dengan gaji yang tidak menentu. Mereka ingin dibuatkan semacam koperasi simpan pinjam oleh pemerintah dengan harapan buruh gendong bisa membuka usaha mandiri di pasar.
Selain itu, kata Suyatmi, buruh gendong juga minta diperhatikan dari sisi kesehatan dan keselamatan kerja. Selama ini diakui dia, kondisi kesehatan buruh gendong tidak ada yang memperhatikan.
Sejak beberapa tahun terakhir Suyatmi dan buruh gendong lainnya memang kerap menyuarakan tuntutan agar pemerintah memperhatikan nasib buruh gendong.
Awalnya Suyatmi senang ketika mendapat undangan untuk bertemu isteri wapres dan beberapa istri menteri. Ia berharap isteri menteri bisa menyampaikan pada suaminya agar memperhatikan nasib buruh gendong.
“Keluhan buruh gendong sebetulnya sudah kami susun untuk disampaikan tapi enggak dikasih waktu untuk bertanya ya sudah enggak apa-apa,” ucap dia.
Namun demikian, Suyatmi menyampaikan terimakasihnya kepada para isteri menteri Kabinet Kerja Jokowi atas bantuannya untuk para buruh gendong.
Sebanyak 247 buruh gendong ini, masing-masing mendapat bantuan kain jarik dan uang tunai Rp100 ribu. “Ya seneng dapat jarik dari ibu ibu menteri,” kata Ngatinem, 60, buruh gendong pasar Bringharjo.