Jogja
Sabtu, 28 Maret 2015 - 20:18 WIB

Seorang Mahasiswa yang Indekos di Bantul Meninggal Karena DBD

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi nyamuk penyebar DBD (JIBI/dok)

Seorang mahasiswa yang indekos di Bantul meninggal karena terserang DBD

Harianjogja.com, BANTUL—Prestasi Dusun Pandes, Desa Panggungharjo, Kecamatan Sewon sebagai penyandang predikat kampung bebas demam berdarah dengue (DBD) 2014 dari Puskesmas Sewon tercoreng. Penyebabnya, sampai awal tahun ini sudah ada tujuh orang yang menderita DBD.

Advertisement

Menurut Kepala Dusun Pandes, Setyo Raharjo, ketujuh orang penderita DBD dari kalangan anak dan tujuh penderita usia dewasa.

“Tiga orang di antaranya satu keluarga. Yang lain ada yang satu rumah dua orang,” katanya, Jumat (27/3/2015).

Advertisement

“Tiga orang di antaranya satu keluarga. Yang lain ada yang satu rumah dua orang,” katanya, Jumat (27/3/2015).

Setyo prihatin karena Pandes yang pernah menyandang dusun sampel untuk lomba desa tingkat nasional dan bebas DBD 2014, saat ini justru menyokong penderita terbanyak. Terlebih siklus lima tahunan DBD saat ini sampai merenggut korban jiwa.

“Ada satu meninggal pada Sabtu [21/3] kemarin tapi anak ISI [Institut Seni Indonesia] asal Trenggalek yang indekos di Pandes,” ujarnya.

Advertisement

Salah satu warga Pandes, Purwanti, mengatakan penderita DBD mulai meningkat sejak Februari. Kegiatan gotong royong yang rutin dilakukan tampaknya belum mampu memberantas sarang nyamuk.

“Rabu [25/3/2015] lalu ada fogging dari Dinas Kesehatan tapi itu enggak satu dusun. Cuma RT4, 5 dan 6 saja yang di-fogging. Minta semuanya tapi enggak boleh,” katanya.

Kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan Dinkes Bantul Pramudi Darmawan menjelaskan fogging hanya dilakukan radius 200 meter dari tempat tinggal penderita DBD.

Advertisement

“Dasarnya itu jarak terbang nyamuk. Nyamuk terbang hanya 100-300 meter sehingga yang di-fogging hanya daerah itu,” ucapnya.

Untuk kasus DBD di Pandes, sampai saat ini Dinkes belum menerima laporan resmi dari rumah sakit tempat pasien di rawat. Dinkes akan menunggu kewaspadaan dini rumah sakit (KDRS) untuk kemudian melakukan audit pada penderita DBD.

Menurutnya, ada 14 warga yang terkena DBD yang dimungkinkan tidak disebabkan gigitan nyamuk di Pandes. “Bisa jadi digigitnya itu di daerah lain. Maka Dinkes menunggu KDRS yang akan dilaporkan ke Puskesmas dan Dinkes,” papar Pramudi.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif