Jogja
Kamis, 2 April 2015 - 12:20 WIB

PAMERAN JOGJA : Berburu Batu Akik? Kesini Saja ..

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto Sejumlah pengunjung melihat batu mulia dalam pameran dan bursa batu mulia "National Gemstone Community Expo" di Galeria Mall Yogyakarta, Rabu (01/04/2015). Pameran Komunitas Batu Mulia dan Permata Nasional yang berlangsung 1-5 April 2015 itu menghadirkan beragam batu mulia yang sudah mendunia hingga batu lokal yang tidak kalah kualitasnya. Dalam gelaran itu juga akan diselengarakan kontes batu mulia Pancawarna, Batupandan, Chalcedony, Pancawarna, Batu Pandan, Chalcedony, Fire Opal Pacitan, Pictorial Agate dan lain-lain, Pictorial Agate dan lain-lain.

Pameran Jogja kali ini memberikan ruang bagi pecinta batu akik.

Harianjogja.com, JOGJA-Pemburu batu menemukan surga mereka. Mereka dimanjakan dengan pameran nasional batu mulia yang digelar 1-5 April di Galeria Mall.

Advertisement

Belum juga resmi dibuka, bahkan etalase-etalase kaca belum terisi sepenuhnya, ratusan orang sudah menyemuti area pameran di Galeria Mall, Rabu (1/4/2015) siang. Tergopoh-gopoh, penjaga stan pun menyiapkan puluhan hingga ratusan batu mulia ke dalam kotak etalasi kaca mereka.

Tak hanya dari DIY, pengunjung pameran bertajuk National Gemstone Community Expo itu juga datang dari Semarang, Jakarta, Surabaya, Madiun, Bandung, dan luar Jawa. Kebanyakan mereka adalah para penggila batu mulia. Dengan sangat fasih jari dan mulut mereka menunjuk serta menyebutkan nama batu-batu yang terpajang di setiap etalase kaca itu.

Advertisement

Tak hanya dari DIY, pengunjung pameran bertajuk National Gemstone Community Expo itu juga datang dari Semarang, Jakarta, Surabaya, Madiun, Bandung, dan luar Jawa. Kebanyakan mereka adalah para penggila batu mulia. Dengan sangat fasih jari dan mulut mereka menunjuk serta menyebutkan nama batu-batu yang terpajang di setiap etalase kaca itu.

“Ini pak? Ini adalah Chalcedony Garut. Rp20 juta dah, saya lepas,” ucap Eko Botak, salah satu penjaga stan
mengeluarkan sebuah cincin logam dengan batu berwarna hijau.

Pria berkepala plontos asal Jakarta itu terkenal dengan batu Chalcedony. Bahkan ketika mengikuti kontes dan pameran di Makassar beberapa hari lalu, Eko sempat dinobatkan sebagai juara berkat batu Red Chalcedony miliknya. Chalcedony adalah salah satu jenis batu yang terdiri dari micro crystalline atau crypto crystalline dalam berbagai batu kuarsa. Artinya, jika dilihat dengan mata telanjang, kristal-kristal kuarsa yang tersusun amat rapat di dalamnya tidak akan terlihat.

Advertisement

Namun, penjual yang menyediakan Bacan berkualitas super masih jarang. Harganya bisa mencapai ratusan juta rupiah sehingga penggila batu mulia lebih memilih Bacan yang setengah jadi dengan harga belasan hingga puluhan juta rupiah.

Pameran di Galeria Mall juga menjadi ajang berbagi bagi para pecinta batu. Petugas sertifikasi dari Lembaga
Pengembangan dan Sertifikasi Batu Mulia (LPSB) dihadirkan. Gemologis LPSB, M. Faisal Rahman, mengakui pentingnya sertifikasi terhadap batu. Selain bisa untuk dokumentasi jenis dan ragam batu, sertifikasi juga bisa membuat harga batu itu menjadi lebih tinggi.

“Antara batu satu dengan yang lainnya sering terlihat mirip. Tapi begitu diteliti, ternyata keduanya sangat berbeda,” kata dia.

Advertisement

Ciri-ciri keaslian sebuah batu bisa dilihat dengan menggunakan senter. Misalnya, jasper alias batu akik yang tidak tembus cahaya ketika disorot cahaya dari bawah. “Banyak pengunjung membawa senter,” kata dia.

Tren hobi batu relatif bertahan lebih lama. Selain tidak adanya standar harga, batu juga merupakan benda mati yang tak bisa beranak pinak. Akibatnya, batu sangat terbatas, namun variannya banyak. Di DIY, para pedagang batu yang tergabung dalam Asosiasi Komunitas Batu dan Permata Indonesia (Askombaperindo) DIY bisa meraup omzet hingga puluhan juta dalam sehari.

“Apalagi setiap pameran ada kontesnya. Ini semakin meningkatkan harga dan nilai batu,” ujar Ketua
Askombaperindo DIY, Dwi Suyono.

Advertisement

Pernyataan pria yang juga menjadi ketua pameran itu pun diamini oleh Walikota Jogja Haryadi Suyuti.

“Kami mencintai dan menggemari batu karena keindahannya,” ujar Haryadi setelah membuka pameran.

Kini hampir setiap daerah memiliki ikon batu. Di Jogja misalnya, ada batu black code sempat menghebohkan. Batu hitam pekat yang pertama kali ditemukan awal 2015 oleh pelukis tepi Kali Code, Slamet Jumiarto, itu bisa dijual hingga Rp30 juta.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif