Jogja
Selasa, 14 April 2015 - 03:21 WIB

AIR BERSIH : Defisit, Masyarakat Miskin Terancam

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - ilustrasi

Air bersih yang defisit dampaknya akan dirasakan setiap orang, terutama warga miskin.

Harianjogja.com, JOGJA-Pakar geologi dari UPN Veteran Yogyakarta, Eko Teguh Paripurno, mengatakan jika tidak ada penanganan serius, kurangnya air akan mengancam DIY.

Advertisement

“Telah terjadi eksploitasi air di DIY tanpa diikuti upaya-upaya menanam air untuk menjaga ketersediaan di perut bumi. Orang seenaknya mengambil air baik untuk kebutuhan maupun usaha tapi tidak diimbangi dengan upaya-upaya menanamnya,” kata Eko kepada Harianjogja.com, Minggu (12/4/2015).

Menurut Eko, dari penelitian air yang pernah dia lakukan sejak 2006, terjadi penurunan air tanah mencapai 15 sentimeter hingga 50 sentimeter per tahun untuk wilayah tertentu. Dalam kurun waktu lima tahun, diperkirakan penurunan air terjadi lebih dari tiga meter dengan perhitungan kebutuhan air setiap keluarga sekitar 120 liter per hari.

Eko mengatakan, belum ada upaya serius untuk menjaga kelestarian air di DIY seperti melalui sumur resapan, biopori dan langkah lainnya. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) juga masih mengandalkan 80% pasokan air dari air tanah dan hanya 20% dari sumber mata air.

Advertisement

Dia mengatakan persoalan air akan mengancam masyarakat dengan perekonomian yang lemah. Warga dengan pendapatan tinggi cenderung bisa mengatasi krisis air karena mereka bisa memanfaatkan teknolgi dengan harga mahal sekalipun.

“Kebijakan pemerintah dalam pengelolaan air sesungguhnya bisa untuk mengukur sejauh mana keberpihakan pada masyarakat miskin,” ujar Ketua Pusat Penelitian Penanggulangan Bencana UPN
tersebut.

Dia mengatakan pembuatan sumur resapan, biopori, dan pembangunan embung bisa menjadi solusi atas defisit air di DIY. Selain itu, industri perhotelan juga harus mengikuti regulasi dengan memanfaatkan air PDAM.

Advertisement

Di sisi lain, maraknya pembangunan sumur bor di berbagai hotel di Jogja dinilai tidak berpengaruh terhadap keberadaan air yang terjadi di sejumlah daerah di Jogja.

Sejumlah penggali sumur dari Dusun Balwong, Desa Trimulyo, Jetis, Bantul mengungkapkan, pembangunan sumur bor saat ini mengalahkan pembangunan sumur manual yang biasa menggunakan bis beton. Dusun Blawong terkenal sebagai sentra para penggali sumur. Hampir setiap kepala keluarga di dusun ini bekerja sebagai penggali sumur.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif