Jogja
Selasa, 14 April 2015 - 15:20 WIB

Buku HB IX : Misteri Surat Pengunduran Diri Negarawan Demokratis & Liberal

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Buku HB IX juga memuat tentang misteri surat pengunduran diri sebagai Wapres.

Harianjogja.com, JOGJA-Akademikus Australian National University, John Monfries menyelesaikan buku tentang perjalanan hidup dan sepak terjang Sultan Hamengku Buwono (HB) IX. Buku yang diberi judul A Prince In Republic: The Life of Sultan HB IX of Yogyakarta itu dibedah di Pagelaran Kraton, Minggu (12/4/2015) malam. (Baca Juga : Buku HB IX : Kagum Sosok HB IX, Warga Australia Ini Tulis Buku)

Advertisement

Selain menggambarkan kesahajaan HB IX, John juga mengungkapkan alasan HB IX mau masuk pemerintahan menjadi Menteri Koordinator Perekonomian. Penyebabnya adalah kondisi ekonomi saat itu. Sultan HB IX juga mau menjadi Wakil Presiden (Wapres) mendampingi Presiden Soeharto pada 1973. Namun HB IX enggan diminta menjadi Wapres untuk kali kedua.

Pengunduran diri HB IX dari jabatannya sebagai Wapres tentu bukan semata-mata faktor kesehatan. Tentu ada maksud lain yang berkaitan dengan sikap dan keteguhan HB IX yang tidak sejalan lagi dengan Presiden. Meskipun pemerintahan Soeharto sukses dalam perekonomian, masih banyak orang miskin kala itu.

Advertisement

Pengunduran diri HB IX dari jabatannya sebagai Wapres tentu bukan semata-mata faktor kesehatan. Tentu ada maksud lain yang berkaitan dengan sikap dan keteguhan HB IX yang tidak sejalan lagi dengan Presiden. Meskipun pemerintahan Soeharto sukses dalam perekonomian, masih banyak orang miskin kala itu.

Menurut John Monfries, setidaknya ada tiga surat pengunduran diri HB IX yang ditujukan kepada Soeharto. Surat tersebut penting untuk diungkap karena berkaitan dengan kondisi pemerintahan saat itu. Namun, hingga kini surat tersebut hilang dari arsip negara.

“Saya enggak tahu ini kecerobohan atau kealpaan, dokumen historis yang penting [bisa hilang],” ujar John Monfries.

Advertisement

Dua sejarahwan UGM Djoko Suryo dan Bambang Purwanto yang menjadi pembahas dalam bedah buku tersebut mengungkapkan jarang ditemukan sosok pemimpin seperti HB IX.

“Selama 27 tahun hidup di Belanda, HB IX tidak hilang Keindonesiaannya,” kata Djoko.

Bambang menambahkan HB IX perlu diteladani dari segala aspek, termasuk mimpi HB IX dalam memajukan pendidikan yang dibuktikan dengan berdirinya kampus UGM. HB IX juga merelakan halaman Pagelaran Kraton dijadikan tempat kuliah kala itu. Bambang berharap agar buku HB IX karya John Monfries bisa segera disadur dalam bahasa Indonesia dan Jawa agar bisa dibaca dan dipahami masyarakat Jogja.

Advertisement

Salah satu putra HB IX, GBPH Prabukusumo, mengaku sedih saat diminta bantuan oleh John Monfries
untuk mencarikan data dan referensi HB IX. Terlebih saat Gusti Prabu menanyakan kenapa dosen Australian National University itu mau menulis tentang HB IX.

“Dia bilang ‘saya membaca tulisan dan cerita Ayahanda dan saya sangat kagum’,” ucap Gusti Prabu menirukan perkataan John Monfries.

Gusti Prabu pun langsung menyanggupi permintaan John Monfries dengan memberikan data dan foto-foto HB IX, salah satunya foto saat HB IX kuliah di Leiden University, Belanda, dan menjadi Ketua Senat Mahasiswa di kampus tersebut.

Advertisement

Ia menilai buku karya Monfries sangat detail dan lengkap. Menurutnya, buku itu sebagai inspirasi kepemimpinan bagi siapa pun, terutama para pejabat negara, seperti apa pengorbanan, harga diri, martabat, dan pengorbanan moril serta materil bagi bangsa Indonesia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif