Kelangkaan elpiji 3 Kg kembali terjadi di Gunungkidul.
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL – Kenaikan harga gas LPG kemasan 12 kilogram beberapa waktu lalu mulai berdampak terhadap permintaan gas ukuran tiga kilogram. Sejumlah warga mengaku kesulitan mendapatkan gas yang bersubsidi tersebut.
Salah seorang warga Siraman, Wonosari Erika Vivin Setyaningsih mengaku kesulitan mendapatkan gas yang kerap disebut gas melon tersebut. Untuk mendapatkannya, ia harus mencari sampai ke wilayah Playen.
“Saat ini saya belum mengecek lagi, tapi saat mencari beberapa hari lalu di Wonosari kosong. Saya pun terpaksa mencarinya sampai ke Playen,” kata Erika kepada Harianjogja.com, Minggu (19/4/2015).
“Saat ini saya belum mengecek lagi, tapi saat mencari beberapa hari lalu di Wonosari kosong. Saya pun terpaksa mencarinya sampai ke Playen,” kata Erika kepada Harianjogja.com, Minggu (19/4/2015).
Pengusaha laundry itu mengatakan, terpaksa menggunakan gas melon, dikarenakan penggunaan kemasan 12 kilogram dirasa memberatkan. Hal tersebut akan berdampak terhadap usahanya yang digelutinya dalam beberapa tahun ini.
“Terpaksa, saya lakukan biar usaha tetap jalan. Apalagi tarif listrik juga terus naik, belum lagi biaya untuk membayar tenaga,” keluh Erika.
“Sabtu sore saya sempat mencari, tapi tidak membuahkan hasil. Saya sudah muter-muter ke dua pangkalan dan lima warung tapi stoknya habis semua,” kata Roni.
Dia mengakui, kelangkaan gas ini sudah seringkali terjadi. Roni pun berharap, agar pasokannya stabil, sehingga kelangkaan tak terjadi lagi.
“Saya tidak tahu pasti, tapi yang jelas kekosongan tersebut sudah sering terjadi. Kalau pun ada, harganya pasti melambung,” ungkapnya.
Terpisah, Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Energi Sumber Daya Mineral (Disperindagkop ESDM) Gunungkidul Hidayat mengakui, kenaikan elpiji 12 kilogram berdampak adanya migrasi ke tabung yang lebih kecil. Hal itu terjadi dikarenakan, harga gas melon dinilai lebih murah dan terjangkau.
“Kalau dari sisi harga jelas berpengaruh, dan adanya kenaikan itu membuat warga beralih ke gas yang lebih kecil,” kata Hidayat saat dihubungi, kemarin.
Dia mengakui pencegahaan kelangkaan gas melon masih sulit dilakukan. Sebagai bukti, tambahan kuota dari pertamina belum efektif untuk mengatasi tingginya permintaan di lapangan.
“Masih sulit, terlebih lagi permintaannya juga terus meningkat seiring dengan naikknya harga gas 12 kilogram,” ujar mantan Kepala Pengendalian Dampak Lingkungan itu.