Jogja
Senin, 20 April 2015 - 15:20 WIB

RUSUNAWAN SLEMAN : Interior Disulap Bak Apartemen

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sebuah mobil mewah dan beberapa mobil lainnya terparkir di area depan Rusunawa Dabag, Condongcatur, Depok, Sleman pekan lalu. (JIBI/Harian Jogja/Sunartono)

Rusunawa Sleman, dalam praktiknya, banyak kaum menengah ke atas yang menyewa rusunawa ini lalu menjadikannya seperti apartemen

Harianjogja.com, SLEMAN—Keberadaan rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) di Kabupaten Sleman belum sepenuhnya menyasar masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Saat ini, rusunawa justru lebih banyak dihuni masyarakat kalangan menengah ke atas, dan menjadikan seperti apartemen dengan berbagai siasat.

Advertisement

Berdasarkan website rusunawa.slemankab.go.id, kabupaten ini mendapatkan jatah rusunawa dari Kementerian Pekerjaan Umum dengan total mencapai 945 unit, dibangun sejak 2009 di dua kecamatan yakni Depok dan Mlati. Di Depok terdapat 369 unit rumah tipe 21, 24 dan 27 yang terletak di Dusun Dabag, Condongcatur. Sisanya sebanyak 576 unit dibangun di tiga lokasi di Desa Sinduadi, Kecamatan Mlati, tepatnya di Dusun Gemawang, Mranggen dan Jongke. Rumah model tower lima lantai yang menghabiskan dana miliaran rupiah itu bertujuan untuk menyasar masyarakat menengah ke bawah yang belum memiliki rumah.

Tetapi dalam praktiknya, banyak kaum menengah ke atas yang menyewa rumah ini lalu menjadikannya seperti apartemen. Dengan mengeluarkan harga sewa dan uang listrik sekitar Rp400.000 hingga Rp550.000 perbulan, penghuni bisa menikmati ruangan yang menyerupai apartemen atau kos eksklusif. Mereka memodifikasi kamar menjadi kamar indekos kelas atas seharga Rp1,5 juta per bulan.

Dari pantauan Harianjogja.com di Rusunawa Dabag, di area parkir banyak berjubel mobil yang biasa dimiliki masyarakat kalangan menengah atas, seperti Nissan Juke, Nissan X-Trail dan beberapa jenis lainnya. Para pemilik mobil juga harus merogok kocenya sekitar Rp150.000 tiap bulan sebagai biaya keamanan parkir.

Advertisement

“Kalau di belakang bayar Rp150.000. Di depan yakni di area parkir tamu juga bisa. Saya lebih sering parkir di depan,” ujar seorang penghuni yang meminta namanya dirahasiakan, Minggu (19/4/2015).

Dari sisi indoor, tak sedikit penghuni rusunawa yang menyulap kamarnya seperti layaknya ruang karaoke hotel berbintang. Mereka memasang televisi flat berikut koneksi antena jaringan multi channel dilengkapi dengan DVD player serta speaker active berpower tinggi. Ada pula penghuni yang menghiasi kamar rusun dengan berbagai wallpaper menarik. Desain ruang minimalis itu ditambahi AC.
“Kebanyakan pakai AC, ya dibuat bagus lah. Makanya banyak orang menyebut rusun ini dengan apartemen,” ujar sumber Harianjogja.com lagi.

Untuk syarat pendaftaran, penghuni kelas menengah ke atas biasa mengakalinya dengan menggunakan kartu penduduk musiman (Kipem), terutama bagi mereka yang tak memiliki KTP Sleman. Bagi penghuni yang belum berkeluarga pun tetap bisa menggunakan. Caranya, melalui pengajuan kartu keluarga asal mereka, sekaligus menyiasati pemohonnya dengan Kipem. Bagi mereka yang memiliki gaji tinggi, biasanya pemohon mengakali dengan mencantumkan gaji serendah mungkin.

Advertisement

Kondisi Rusunawa Dabag tak jauh beda dengan rusunawa lainnya di Sinduadi, Mlati, Sleman. Bahkan tak sedikit para pekerja tempat hiburan malam yang belum berkeluarga menghuni rusun tersebut seperti di Rusunawa Mranggen.

Meski demikian, ada sejumlah blok di Rusunawa Dabag yang dihuni kalangan menengah ke bawah. Terutama pada blok yang dibanderol dengan harga murah yaitu lantai empat dan lima. Mudah melihat cirinya, dengan banyaknya jemuran di depan dan belakang ruangan. Berbeda dengan keluarga menengah ke atas yang tak memanfaatkan lagi area jemuran karena sudah berlangganan laundri antar jemput.

Sofi, 35, salah satu penghuni Rusunawa Dabag mengaku kerasan karena selain harga terjangkau, juga banyak fasilitas yang dia peroleh. Perempuan yang tinggal di lantai dua ini hanya perlu membayar Rp282.000 ditambah biaya listrik Rp100.000 untuk tiap bulannya.

“Dulu saya harus antre lama untuk mendapatkan unit,” ujarnya, pekan lalu. Penghuni lantai ketiga, Rini, menilai keberadaan rusunawa sangat membantu masyarakat seperti dirinya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif