Jogja
Minggu, 26 April 2015 - 08:15 WIB

KULINER KULONPROGO : Gula Semut Rasa Jahe Disukai Orang Jerman

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Proses pengepakan gula semut di Dusun Sekendal, Hargotirto, Kokap, Kulonprogo. (JIBI/Harian Jogja/Rima Sekarani I.N.)

Kuliner Kulonprogo berupa gula semut rasa jahe ternyata disukai orang Jerman.

Harianjogja.com, KULONPROGO-Beberapa kecamatan di Kabupaten Kulonprogo memiliki potensi penyadapan nira sebagai bahan dasar gula kelapa yang sangat besar. Selain menjadi gula merah, olahan nira berupa gula semut juga semakin populer. Di samping pasar lokal, gula semut bahkan sudah diekspor hingga Australia dan Eropa.

Advertisement

Selain gula semut rasa original, perajin gula kelapa juga berinovasi dengan berbagai rasa lain. Salah satunya di Dusun Sekendal, Hargotirto, Kokap, Kulonprogo. Mereka membuat gula semut rasa jahe, kencur, temulawak, kunir, secang, vanila, dan durian.

Byartono, salah satu perajin gula kelapa di Sekendal mengatakan, pasar ekspor memang lebih menyukai gula semut original. Namun, gula semut aneka rasa juga mulai memiliki penggemarnya sendiri.

“Jerman itu sukanya rasa jahe,” katanya, saat Harian Jogja mendatangi rumahnya beberapa waktu lalu.

Advertisement

Byartono mengungkapkan, secara keseluruhan, kelompok perajin gula kepala “Jatisari” di wilayahnya bisa mengekspor sekitar delapan ton per bulan.
“Katanya, kadar gulanya lebih rendah,” ucapnya.

Satu kilogram gula semut dijual antara Rp16.000 hingga Rp17.500 per kilogram (kg).

“Proses pembuatannya yang panjang membuat ini jadi lebih mahal dibanding gula cetak yang tinggal tuang. Kalau gula semut masih ada proses penggerusan dan beberapa kali pengeringan,” ungkap Difsu, perajin lainnya.

Advertisement

Sehari-hari, Difsu membantu Byartono yang juga merupakan pengepul gula semut. Dia harus memastikan gula semut benar-benar kering dengan kadar air maksimal dua persen demi memenuhi standar ekspor. Akhirnya, gula-gula yang dikumpulkan dari perajin harus dikeringkan ulang dengan oven.

“Biasanya memang hanya dikeringkan dengan sinar matahari karena keterbatasan alat,” katanya.

Gula semut perlahan berkembang menjadi sumber penghasilan sampingan yang bisa diandalkan masyarakat. Ada sekitar 190 petani yang bergabung dalam kelompok perajin gula kelapa “Jatisari”. Mereka tidak hanya berasal dari Sukendal, melainkan juga Dusun Nganti dan Keji.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif