Jogja
Senin, 27 April 2015 - 05:20 WIB

Agar Program Penghijauan Berhasil, Simak Informasi Berikut

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Bibit tanaman (JIBI/Harian Jogja/Antara)

Program penghijauan sering kurang tepat sehingga tidak berhasil. Berikut sejumlah catatan yang perlu diperhatikan agar program penghijauan bisa berhasil

Harianjogja.com, SLEMAN-Kegagalan penghijauan yang telah dilakukan selama ini salah satunya disebabkan mekanisme tanam yang kurang tepat.

Advertisement

Penanaman bibit pohon dalam rangka menghijaukan kembali wilayah gundul perlu disertai standard operating procedure (SOP) penanaman.

Ketua umum Asosiasi Hutan Tanaman Rakyat Mandiri Indonesia (AHTRMI) Pusat, Basyaruddin Siregar mengatakan, selama ini penanaman yang dilakukan hanya sebatas membuat lubang, meletakkan bibit dan menutupnya kembali dengan tanah.

Advertisement

Ketua umum Asosiasi Hutan Tanaman Rakyat Mandiri Indonesia (AHTRMI) Pusat, Basyaruddin Siregar mengatakan, selama ini penanaman yang dilakukan hanya sebatas membuat lubang, meletakkan bibit dan menutupnya kembali dengan tanah.

“Sesuai SOP penanaman, tahap pertama adalah memilih titik lokasi penanaman yang dekat sumber air,” kata Siregar dalam jumpa pers di Jenderal Soedirman Center (JSC), Dusun Donolayan, Desa Donoharjo, Kecamatan Ngaglik, Sabtu (25/4/2015).

Pemilihan lokasi di dekat air akan mempengaruhi tingkat kesuburan tanaman.

Advertisement

“Jangan pakai cangkul tapi pakai bor supaya efisien waktu. Karena kalau pakai cangkul dengan bor, perbandingannya bisa sampai 1:5,” kata Siregar.

Kedalaman lubang harus sesuai dengan panjang polibek. Misalnya jika panjang polibek adalah 10 cm maka lubang yang dibuat sedalam 15-20 cm. Asumsinya, 3-5 cm untuk lapisan pupuk yang diletakkan paling bawah dan sisanya untuk tanah di lapisan paling atas.

Lain dengan aksi penanaman pada umumnya, AHTRMI selalu mengutamakan pupuk sebelum menanam bibit pohon.

Advertisement

“H -2 dari penanaman, lubang sudah digali, dikasih pupuk kandang lalu disiram. Tujuannya agar selama dua hari itu tanah mulai beradaptasi dan bercampur dengan pupuk,” ungkapnya.

Pelaku penghijauan juga harus memahami kondisi tanah di lokasi. Jika terletak di jalur hijau, bibit yang ditanam tidak perlu dipupuk karena pertumbuhannya sudah dibantu dengan embun. Yang rutin dilakukan selama tiga bulan pertama hanyalah penyiraman.

Namun jika lokasi penghijuan berada di areal masyarakat maka dibutuhkan pemupukan selama tiga hingga empat kali dalam setahun.

Advertisement

Pada 6 Juni mendatang, AHTRMI cabang DIY bersama JSC akan melangsungkan gerakan penanaman serentak di empat kabupaten kota di DIY. Di antaranya, Sleman, Bantul, Gunung Kidul, dan Kulon Progo. Sedangkan untuk sentral penanaman akan dipusatkan di Desa Wediombo, Kecamatan Poncosari, Kabupaten Gunung Kidul.

“Jumlah bibit yang ditanam per kabupaten 1.000 pohon dari jumlah total 1 juta pohon. Jadi penanaman kita bertahap,” tutur Siregar.

Keempat lokasi itu diupayakan mendekati areal pemukiman agar masyarakat dapat ikut serta menjaga keberlangsungan pertumbuhan pohon.

Jenis pohon yang ditanam disesuaikan dengan kondisi tanah di lokasi penanaman. “Di Gunung Kidul akan ditanami nangka dan petai.

Sleman, khususnya sisi barat Gunung Merapi yaitu daerah Pakem dan Turi ditanami aren. Lokasi JJLS [Jalan Jalur Lingkar Selatan] di Kulon Progo dengan cemara udang dan Bantul yang lokasinya di sekitar kawasan SPN [Sekolah Polisi Negara] masih belum ditentukan,” imbuh Sekretaris AHTRMI cabang DIY-Jateng, Agus Subagyo.

Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif