Jogja
Senin, 4 Mei 2015 - 02:45 WIB

INVESTASI BANTUL : TPA Sampah Piyungan Dilirik Investor

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pihak DPUP ESDM DIY saat bertemu perwakilan TCF-EU di Hotel Phoenix, Rabu (29/4/2015) malam. (Arief Junianto/JIBI/Harian Jogja)

Investasi Bantul bakal bertambah menyusul diliriknya TPA sampah Piyungan.

Harianjogja.com, BANTUL — Satu lagi proyek asing tertarik untuk mengelola Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Piyungan. Kali ini Trade Cooperation Facility Uni Eropa (TCF-EU) juga menyatakan kesiapannya mengelola TPA tersebut.

Advertisement

Seperti diakui sendiri oleh Team Leader TCF-EU Joe Miller, pihaknya telah melakukan survey lapangan di kawasan Piyungan awal tahun lalu. Dari hasil survei itu, ia menilai kawasan TPA Sampah Piyungan cocok untuk pengembangan teknologi yang ditawarkan oleh TCF-EU.

Dikatakannya, setidaknya ia menawarkan tiga teknologi untuk pengelolaan sampah di Piyungan, yakni Refused Derived Fuel (RDF), Anaerobic Digestion (AD), dan Land Fill Gas. Dari ketiga teknologi tersebut, ia mengaku teknologi Land Fill Gas adalah yang termurah.

“Kalau biaya persisnya saya tak bisa sebutkan. Yang pasti sekitar puluhan miliar rupiah,” ucapnya tanpa bersedia menyebutkan persis nilai nominalnya saat ditemui di acara ramah tamah bersama pihak Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, Energi dan Sumber Daya Manusia (DPUP ESDM) DIY di Hotel Phoenix, Rabu (29/4/2015) lalu.

Advertisement

Akan tetapi, dari hasil survey yang dilakukannya, ada beberapa hal yang menjadi kelemahan dari TPA Sampah Piyungan tersebut. Di antaranya adalah terkait dengan perbaikan sarana pembuangan limbah, dan jumlah alat berat yang masih kurang.

Selain itu, ia juga mengkhawatirkan keberhasilan Pemerintah DIY dalam melakukan pembebasan lahan. Pasalnya, untuk menerapkan teknologi yang ia tawarkan, setidaknya pihaknya membutuhkan lahan seluas 20 hektare.

“Saya khawatir, pihak pemerintah [DIY] kesulitan membebaskan lahan,” tegasnya.

Advertisement

Kekhawatiran itu muncul setelah beberapa bulan lalu, pihaknya juga telah gagal bekerja sama dengan Pemerintah Kota Manado. Alasannya pihak Pemkot Manado gagal melakukan pembebasan lahan seluas 5 hektare. “Kami tak ingin kejadian itu terjadi lagi di Yogyakarta,” imbuhnya.

Terkait hal itu, Kepala DPUP ESDM DIY Rani Sjamsinarsi menegaskan bahwa pembebasan lahan tersebut bukanlah hal yang sulit. Terbukti, baru setahun TPA Sampah Piyungan itu dikelolanya, ia sudah berhasil memperluas lahan mencapai 5 hektare. “Rencananya tahun 2016 mendatang, kami akan tambah 2 hektare lagi,” ucapnya.

Dijelaskannya, volume sampah yang ada di TPA Sampah Piyungan saat ini sudah mencapai 1,7 juta meter kubik. Akan tetapi, ia menyayangkan akan rendahnya kesadaran masyarakat terhadap 3 R (Reuse, Reduce, Recycle).

Menurutnya, jika masyarakat menerapkan pemilahan sampah dengan sistem 3 R, maka hal itu bisa mengurangi setidaknya 80% volume sampah yang masuk ke TPA. “Setidaknya, kondisi TPA [Piyungan] saat ini, saya perkirakan masih bisa dipakai sampai 2018. Itulah sebabnya, kami berharap bisa memperluas lahan,” tuturnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif