Jogja
Kamis, 7 Mei 2015 - 15:20 WIB

SABDA RAJA : Fondasi 250 Tahun vs Dawuh Raja 5 Menit ?

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi kesenian rakyat (JIBI/Harian Jogja Desi Suryanto)

Sabda Raja, perubahan mendasar terhadap fondasi 250 tahun, tidak cukup dilakukan dalam Sabda Raja selama lima menit.

Harianjogja.com, JOGJA-Kisruh di Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat tidak hanya menuai penolakan dari adik-adik Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X tetapi juga keresahan perangkat desa.

Advertisement

Pakar Ilmu Politik dan Pemerintahan dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Bayu Dardias Kurniadi, mengatakan arah Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat saat ini belum jelas.

Bayu mengatakan Sabda Raja telah menghapus fondasi paling utama di Kasultanan, yakni garis keturuan darah laki-laki. Menurutnya, fondasi garis darah tidak hanya monopoli Kasultanan dan Kerajaan Mataram Islam, tetapi seluruh Kasultanan di Nusantara.

“Perubahan mendasar terhadap fondasi 250 tahun tidak cukup hanya dilakukan dalam Sabda Raja lima menit,” kata Bayu melalui ponsel, Rabu (6/5/2015).

Advertisement

Bayu mengatakan, sejak 1999-2012, Kasultanan menekankan pentingnya sejarah dan tradisi demi tercapainya UUK di DIY.

“Yang diharapkan dari institusi tradisional bukan perubahan tetapi justru ketetapan,” kata dia.

 

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif