Jogja
Rabu, 3 Juni 2015 - 04:20 WIB

UKM SLEMAN : Teknik Smok Perkaya Koleksi Batik Sleman

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Peserta pelatihan sedang melepas jahitan smok yang masih terikat di setiap sisi kain, Jumat (29/5/2015). (JIBI/Harian Jogja/Bernadheta Dian Saraswati)

UKM Sleman diperkaya dengan pelatihan batik smok.

Harianjogja.com, SLEMAN-Tak cukup dengan teknik batik jumputan dan tritik, Kabupaten Sleman semakin memperkaya diri dengan mengembangkan pembuatan batik dengan teknik smok. Metode ini lebih menekankan jahit cubit untuk mendapatkan gradasi warna yang cantik.

Advertisement

Ditemui saat memberi pelatihan kepada ibu-ibu pelaku UKM di halaman rumah dinas bupati, Djijono, 65, mengatakan teknik smok merupakan teknik batik nasional yang baru dikenalkan di Kabupaten Sleman dan Kebumen. Pelatih batik smok dari Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Sleman ini menjelaskan bahwa keunggulan teknik smok lebih pada permainan warnanya.

“Smok itu tidak dijelujur seperti tritik tapi dijahit cubit. Kain diambil beberapa sisi seperti dicubit hingga ada kerutan lalu dijahit. Nanti hasilnya ada gradasi warnanya,” ungkap Djijono, Kamis (29/5/2015).

Langkah pertama, kain jenis primisima di pola. Ditentukan titik-titiknya yang akan dismok.

Advertisement

“Setelah itu dismok dengan benang jahit. Setelahnya tinggal mau dikombinasi dengan dijumput arau ditritik,” jelasnya.

Jika memilih dijumput maka kain yang telah dismok diisi dengan manik-manik lalu diikat. Setelah itu memasuki tahap pewarnaan dengan tenknis pencelupan selama lima menit. Kain yang sudah dicelup maka dijemur dan setiap sepuluh menit sekali dibalik-balik sampai memunculkan warna yang diinginkan.

Selanjutnya, kain dicelup dan dijemur lagi.

Advertisement

“Kalau sudah ya dikunci agar warna tidak luntur. Caranya dimasukkan dalam larutan akisir. Lalu dikeringkan dan terakhir jahitannya dibuka,” jelas Djijono. Agar warna tidak luntur, sebaiknya kain direndam menggunakan air panas.

Sementara salah satu peserta pelatihan, Sunartinah, 63, mengatakan bahwa batik smok lebih sulit daripada batik ikat. Proses jahit cubit harusbteratur agar menghasilkan motif yang tidak jauh berbeda.

Kesulitan itu pun berimbas pada harga kain.

“Harga dipengaruhi dari tingkat kesulitan. Kalau smok kombinasi jumputan ya bisa mencapai Rp250.000-Rp300.000. Kalau jumputan saja Rp175.000-Rp200.000 untuk ukuran dua meter,” kata perempuan asal Desa Maguwoharjo, Kecamatan Depok.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif