Jogja
Sabtu, 13 Juni 2015 - 19:20 WIB

BANDARA ADISUTJIPTO : Tetap Utamakan Penerbangan Militer

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Petugas PLLU Lanud Adisutjipto memantau take off dan landing pesawat, Jumat (12/6/2015). (JIBI/Harian Jogja/Sunartono)

Bandara Adisutjipto tetap mengutamakan penerbangan militer meski terdapat peningkatan jumlah penerbangan.

Harianjogja.com, SLEMAN—Kesemrawutan dan penumpukan calon penumpang pesawat akibat adanya delay di Bandara Adisutjipto selama arus mudik Lebaran, masih akan terus terjadi.

Advertisement

Hal ini terjadi karena Pangkalan TNI Angkatan Udara Adisutjipto sebagai pemegang otoritas bandara menyatakan akan tetap mengutamakan penerbangan militer.

Pendidikan bina terbang bagi siswa Sekolah Penerbang (Sekbang) tidak bisa digeser oleh permintaan tambahan jam terbang bagi pesawat komersial.

Advertisement

Pendidikan bina terbang bagi siswa Sekolah Penerbang (Sekbang) tidak bisa digeser oleh permintaan tambahan jam terbang bagi pesawat komersial.

Kepala Dinas Operasi Lanud Adisutjipto Letkol Pnb Bonang Bayu Aji Gautama menegaskan, Lanud Adisutjipto sebagai merupakan basis latihan bagi siswa Sekbang. Meski demikian, Lanud yang berdiri di Maguwo, Depok, Sleman, ini tetap mengakomodasi kepentingan nasional melalui kerja sama kebandaraan yang kemudian bisa digunakan untuk pesawat komersial.

“Tapi perlu diketahui, Lanud Adisutjipto sebagai otoritas tertinggi tetap mengutamakan penerbangan militer, karena tujuan operasionalnya menyelenggarakan operasi pendidikan Sekbang,” ujarnya di Wing Pendidikan Terbang Lanud Adisutjipto, Jumat (12/6).

Advertisement

Terkait dengan pernyataan Menhub, mantan Komandan Skuadron Pendidikan 101 ini belum bisa menanggapi secara spesifik. Alasannya, belum menerima perintah. Tetapi, jika kebijakan itu terjadi, akan berdampak pada terhambatnya pendidikan Sekbang. Padahal, bina terbang tak bisa dihentikan, mengingat proses itu telah direncanakan melalui kurikulum tahunan. Selain menghambat tercapainya target pembentukan penerbang militer baik dari TNI AU, AD dan AL, wacana itu dapat berimbas pada membengkaknya operasional bina terbang.

Bonang menilai, sebenarnya tidak ada permasalahan untuk penerbangan selama Lebaran. Kepadatan itu sebelumnya bisa diatasi melalui pembagian fifty fifty antara militer dan komersial. Tiap satu jam, ada 20 penerbangan, telah dibagi 10 penerbangan militer dan 10 untuk komersial. Dalam sehari total bisa mencapai 360 take off landing dengan pembagian merata. Hanya saja jika ada penambahan penerbangan jelang Lebaran, pihaknya akan lebih selektif.

Pantauan melalui tower Pemandu Lalu Lintas Udara (PLLU) Lanud Adisutjipto, pada pagi hari memang lebih diperuntukkan bagi pesawat latih seperti Grob, Charlie dan KT-01 Wong Bee. Ketiga jenis pesawat itulah yang mendukung bina terbang Sekbang, SIP dan Seknav TNI AU. Dalam bekerja, pemandu terdiri dari seorang ground controller dan seorang asisten. Serta tower controller dan fligh date masing-masing satu personel.

Advertisement

Petugas PLLU Peltu Muryani mengatakan, untuk pesawat yang akan terbang atau sudah landing di runway dipandu oleh ground control dan assistennya. Tugasnya menentukan lokasi parkir bagi yang telah landing dan menentukan kapan seorang kapten pilot harus menyalakan mesin pesawat hingga memasuki runway untuk bersiap take off. Sedangkan flight date bertugas mencatat seluruh rencana dan terlaksananya penerbangan baik yang keluar dan masuk ke Lanud Adisutjipto.

“Kalau masih di atas, misalnya kapten pilot posisi masih di [langit] Cilacap, biasanya sudah menghubungi kami [PLLU]. Setelah melihat kontak radar, lalu memastikan untuk landingnya. Itu tugas tower controller,” katanya.

 

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif