Jogja
Sabtu, 20 Juni 2015 - 00:40 WIB

Ekosistem Hutan Merapi Sudah Pulih Pascaerupsi Merapi 2010

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Gunung Merapi (Gigih M. Hanafi/JIBI/Harian Jogja)

Ekosistem hutan Gunung Merapi yang rusak saat erupsi Merapi 2010, kini dianggap sudah pulih

Harianjogja.com, SLEMAN- Ekosistem hutan di Taman Nasional Gunung Merapi di Kabupaten Sleman dan Jawa Tengah telah pulih total usai terkena dampak awan panas erupsi 2010.

Advertisement

“Bahkan dalam konteks biologi sebagai daerah tangkapan air, kini hutan di lereng Merapi bisa lebih baik dibandingkan saat sebelum terkena awan panas,” kata Fungsional Pengendali Ekosistem Hutan TNGM Dhani Suryawan, di Sleman, Jumat (19/6/2015).

Ia mengatakan saat ini sudah masuk tahun kelima sejak terjadinya erupsi 2010.

Advertisement

Ia mengatakan saat ini sudah masuk tahun kelima sejak terjadinya erupsi 2010.

Dalam pengembalian ekosistem yang terdampak, pihaknya telah memulai saat awal 2011, ketika status aktivitas Gunung Merapi sudah diturunkan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).

“Setelah statusnya dinyatakan aman, langsung memulai untuk pemulihan ekosistem. Mulai dari survei, inventarisasi, kemudian identifikasi kerusakan,” katanya.

Advertisement

“Ada yang mayoritas masih utuh juga. Untuk luasan yang rusak berat, sedang, dan ringan hampir seimbang,” katanya.

Dalam pemulihan ekosistem Merapi, pihaknya memakai strategi, dimana untuk yang mengalami rusak berat, harus memakai campur tangan manusia, sedangkan yang ringan dibiarkan pulih alami.

“Yang rusak berat pun sebenarnya bisa pulih sendiri. Cuma ada masalah aspek sosialnya yang menyangkut ekonomi masyarakat sekitar. Mereka tidak bisa menunggu lama, terutama dalam kebutuhan airnya,” katanya.

Advertisement

Ia mengatakan secara hidrologi lereng Merapi merupakan daerah tangkapan air. Hutan atau pepohonan yang habis, harus segera dikembalikan agar bisa menyimpan cadangan air.

“Setiap tahun kami menanam pohon, terutama di daerah yang rusak berat dengan pola kerja sama dengan masyarakat. Saat ini ekosistem tersebut sudah berangsur membaik. Secara kesuluruhan, hampir 100 persen hutan di TNGM pulih,” katanya.

Bahkan, saat ini ekosistem di TNGM lebih baik dibandingkan dengan sebelum erupsi 2010 itu, yang merupakan letusan terbesar sejak 130 tahun terakhir.

Advertisement

“Salah satu hikmahnya dari erupsi kemarin adalah momentum agar ekosistem bisa lebih baik lagi. Dalam konteks biologi di daerah yang merupakan kawasan tangkapan air lebih baik berisikan pohon yang bermacam jenisnya. Sebelum 2010, hutan mayoritas hanya berisikan satu jenis pohon saja, yaitu pinus. Jadi sekarang kita isi berbagai macam jenis, dan ini sangat bagus untuk menjamin kelangsungan air,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif