Jogja
Selasa, 28 Juli 2015 - 17:20 WIB

Kenangan Bupati Badingah, Gunakan Bahasa Jawa Halus pada Aparatnya

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Badingah dan Immawan Wahyudi saat melakukan upacara perpisahan di bangsal Sewokoprojo, Senin (27/7/2015). (Harian Jogja-David Kurniawan)

Kepemimpinan Badingah-Immawan Wahyudi berakhir Senin (27/7/2015). Berbagai kesan dialami oleh pegawai pemkab, baik itu oleh ajudan maupun pegawai yang lain. Satu yang diingat mereka, bahwa Badingah merupakan ibu yang baik dan tak pernah marah saat menjalankan tugasnya. Berikut informasi yang dihimpun wartawan Harian Jogja, David Kurniawan.

Hari terakhir kepemimpinan Badingah-Immawan Wahyudi sebagai Bupati dan Wakil Bupati Gunungkidul diisi dengan acara perpisahan dengan jajaran pegawai Pemkab dan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah di Bangsal Sewokoprojo, Senin (27/9/2015).

Advertisement

Sebelum acara perpisahan itu digelar, seperti agenda rutin di hari Senin, Badingah memimpin apel pagi. Dalam kesempatan tersebut, selain memberikan pengarahan seperti biasa, ia tidak lupa mengucapkan permohonan maaf sebagai tanda ucapan perpisahan.

Usai acara yang dihadiri sekitar 400 pegawai ini dilanjutkan acara perpisahan di Bangsal Sewokoprojo. Dalam suasana santai yang diiringi musik organ tunggal ini, Badingah pun menyempatkan diri untuk menyanyikan sebuah lagu yang berjudul Hatimu Hatiku berduet dengan Kasubag Protokol Irfan Ratnadi.

Advertisement

Usai acara yang dihadiri sekitar 400 pegawai ini dilanjutkan acara perpisahan di Bangsal Sewokoprojo. Dalam suasana santai yang diiringi musik organ tunggal ini, Badingah pun menyempatkan diri untuk menyanyikan sebuah lagu yang berjudul Hatimu Hatiku berduet dengan Kasubag Protokol Irfan Ratnadi.

Setelah acara selesai, dilanjutkan kegiatan pengantaran pasangan Badingah-Immawan Wahyudi ke rumah kediaman di Jalan Pangarsan, Wonosari. Proses perpisahan yang dipimpin oleh Sekda Gunungkidul Budi Martono ini juga diiringi pagar betis dari anggota Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) 2015. Sebelum perjalanan pulang, Badingah dan Immawan Wahyudi sempat diberikan bunga serta sebuah foto untuk kenang-kenangan.

Dalam kesempatan itu, baik itu Badingah dan Immawan Wahyudi juga menyempatkan diri berfoto-foto dengan awak media.

Advertisement

Dia mengakui selama mendampingi Badingah, dia tidak pernah sekali pun dimarahi. Saat ada pekerjaan yang kurang benar, Badingah tidak pernah menunjukan rasa tidak suka, malahan ia lebih sering menggunakan Bahasa Jawa halus dalam berkomunikasi.

“Kalau sudah menggunakan bahasa itu, berarti Ibu sedang tidak berkenan. Ya kalau tidak, pasti ibu bilang sampun dicek malih dereng Mbak Diana (Sudah dicek lagi belum Mbak Diana,” ujarnya sambil menirukan perkataan Badingah.

Hal senada juga diungkapkan Kabag Humas dan Protokol Gunungkidul Agus Kamtono. Meski kerja sama yang dilakukan sekitar tiga tahun, kesan begitu mendalam ia rasakan.

Advertisement

Menurut dia, Badingah merupakan sosok ibu yang bijaksana dan terus memberikan contoh yang baik. Jika ada masalah, ia tidak langsung memberikan penilaian karena akan mecari akar permasalahannya terlebih dahulu.

“Ibu juga tidak pernah marah, kalau ada pegawai yang salah paling-paling disindir dengan menggunakan Bahasa Jawa halus,” kata Agus.

Dia menambahkan, sindiran-sindiran seperti inilah yang membuat para pegawai sadar dan langsung melakukan perbaikan terhadap kesalahan yang dilakukan. “Kalau kesan saya sangat baik dan ia merupakan sosok yang bijaksana,” ungkapnya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif