Jogja
Sabtu, 1 Agustus 2015 - 04:20 WIB

DEMAM BERDARAH BANTUL : Kemarau, Jumlah Pasien Jalan Terus

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Fogging putus siklus Aedes aegypti di Kediri, Rabu (4/2/2015). (JIBI/Solopos/Antara/Rudi Mulya)

Demam berdarah Bantul untuk jumlah pasien masih tinggi.

Harianjogja.com, BANTUL- Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) terus terjadi kendati telah memasuki musim kemarau. Pada musim panas ini, masih ditemukan ratusan warga menderita DBD, satu diantaranya meninggal dunia.

Advertisement

Kasus demam berdarah (DB) baru-baru ini diantaranya terjadi di Dusun Grojogan, Desa Tamanan, Banguntapan, Bantul. Kepala Bagian (Kabag) Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Desa Tamanan, Dwi Erniani mengatakan, di Dusun Grojogan terdapat lebih dari 10 warga yang diduga mengalami demam berdarah. Sebanyak empat diantaranya, telah dinyatakan positif DBD.

Kecamatan Banguntapan yang berdekatan dengan kota diduga menjadi salah satu pemicu banyaknya kasus demam berdarah di daerah ini. “Kasus yang kami temukan, korban DB itu kebanyakan mereka yang sekolah atau kerja di kota lalu pulang ke rumahnya,” terang Dwi Erniani, Jumat (31/7/2015).

Kepala Seksi (Kasi) Surveilance Dinas Kesehatan Bantul, Widayati mengatakan, kendati musim hujan telah berakhir dan musim kemarau telah tiba, namun kasus demam berdarah tetap ditemukan. Bahkan pada akhir Juni ditemukan satu korban meninggal dunia. Meski demikian jumlah kasus cenderung mengalami penurunan dibanding musim hujan pada Januari-Mei lalu.

Advertisement

Memasuki kemarau yaitu Juni, tercatat sebanyak 143 kasus demam berdarah, sedangkan sepanjang Juli ini hanya ditemukan 45 kasus. Dibandingkan sebelum Juni, rata-rata kasus yang ditemukan per bulan mencapai lebih dari 150 kejadian. Sedangkan total kasus DBD sepanjang Januari hingga Juli tercatat sebanyak 1.115 kasus dengan total korban tewas sebanyak sembilan orang.

Kendati tak lagi hujan, potensi DB menurut Wida sapaan akrabnya tetap masih ada, selama vektor nyamuk penyebab demam berdarah yang membawa virus DB belum hilang. “Kemarau harusnya mengurangi genangan air tempat berkembang biang nyamuk, tapi selama vektornya masih ada tetap akan ada yang terkena DB,” jelasnya.

Karenanya kata dia, warga tetap harus waspada DB di musim kemarau. Bila mengalami gejala mirip DB, segera berobat ke puskesmas. Untuk dusun atau desa yang diketahui marak DBD maka akan mendapat perhatian khusus diantaranya dengan memperbanyak pengasapan alias foging di daerah tersebut.

Advertisement

Di tingkat kecamatan, saat ini daerah aglomerasi yang berbatasan dengan Kota Jogja seperti Kec. Banguntapan, Sewon dan Kasihan paling banyak ditemukan kasus DBD.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif