Jogja
Rabu, 5 Agustus 2015 - 01:20 WIB

ADAT GUNUNGKIDUL : Cing-Cing Goling Dipercaya Datangkan Berkah dan Rezeki

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Suasana atraksi Tradisi Cing-Cing Goling di Dusun Gedangan, Gedangrejo, Karangmojo. Sejumlah warga bertindak sebagai gerombolan penjahat yang berusaha menculik istri Wisang Sanjaya, Senin (3/8/2015). (Harian Jogja-David Kurniawan)

Adat Gunungkidul berupa tradisi Cing Cing Goling dipercaya mendatangkan berkah dan rezeki

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL – Ratusan orang memadati area persawahan di Dusun Gedangan, Gedangrejo, Karangmojo Gunungkidul untuk menyaksikan tradisi Cing Cing Goling yang digelar setiap satu tahun sekali. Masyarakat percaya bahwa tradisi ini bisa memberikan berkah dan menyuburkan tanah di wilayah tersebut.

Advertisement

Tokoh masyarakat desa setempat, Sugiyanto mengatakan tradisi ini merupakan napak tilas peristiwa yang dialami oleh pasangan suami istri Wisang Sanjaya dan Yudopati saat melarikan diri dari kerajaan Majapahit, karena kerajaan tersebut diserang. Dalam pelarian tersebut, mereka menetap di Dusun Gedangan.

Meski lolos dari kejaran prajurit Kerajaan Demak, mereka tidak bisa tenang, karena kecantikan yang dimiliki istri Wisang Sanjaya membuat gerombolan penjahat ingin mempersuntingnya. Beruntung dalam persitiwa itu, mendapatkan bantuan dari Ki Tripoyo, selaku abdi dalem yang senantiasa menemani kemana pun pergi.

“Selain uapacara napak tilas, dalam kegiatan ini juga ada keduri yang dibagikan kepada seluruh warga yang hadir,” kata Sugiyanto, di sela kegiatan, Senin (3/8/2015).

Advertisement

Dia menjelaskan, untuk tahun ini ada sekitar lima ratus ingkung yang dibawa oleh masyarakat dalam kenduri itu. Setelah mendapat doa dari pemangku adat desa setempat, ingkung bersama nasi gurih dan lauk yang lain, dibagikan kepada pengunjung yang hadir dalam acara ritual yang dilaksanakan di dekat bendungan Kali Dawe desa setempat.

“Kalau dihitung ada 500 ayam yang disembelih hari ini [kemarin] untuk mengikuti ritual,” ujarnya.

Dia menambahkan, upacara ini digelar selain untuk melestarikan tradisi leluhur, juga sebagai ungkapan rasa syukur terhadap hasil panen yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Harapannya dengan dilaksanakan tradisi ini ke depan panen yang dihasilkan akan lebih baik lagi.

Advertisement

“Masyarakat pun percaya dan menaati seluruh pantangan yang ada dalam tradisi tersebut. misalnya, saat memasak ubo rampe tidak boleh dicicipi atau wanita hamil dilarang mengikuti ritual ini,” tutur Sugiyanto.

Salah seorang peserta teatrikal Cing Cing Goling Juwarno mengaku sudah mengikuti antraksi ini sejak lama. Meski harus lecet-lecet karena terkena cambukan, ia mengaku ikhlas dan rela. “Tidak apa-apa dan sakitnya juga tidak terasa. Ini merupakan bentuk kecintaan saya terhadap tradisi leluhur,” kata Juwarno, kemarin.

Dia mengakui, banyak tanaman rusak karena terinjak pemain dalam atraksi tersebut. namun pemilik lahan tidak pernah marah, karena mereka percaya upacara itu mampu mendatangkan kesuburan yang lebih baik lagi. “Kami percaya selain tambah subur, panen yang dihasilkan juga lebih baik lagi,” ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif