Jogja
Rabu, 5 Agustus 2015 - 00:20 WIB

KEKERINGAN BANTUL : Warga di KAwasan Sulit Air Bersih Butuh Bak Penampungan

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Truk tangki air dari Tagana saat memindahkan air bersih ke dalam bak penampung air di SD Negeri Jatiroto, Desa Purwosari, Girimulyo, Senin (3/8/2015). (JIBI/Harian Jogja/Holy Kartika N.S)

Kekeringan Bantul dialami warga, mereka membutuhkan bak penampungan

Harianjogja.com, BANTUL– Desa di lokasi kekeringan di Bantul membutuhkan banyak bak penampungan air. Minimnya fasilitas umum di lokasi kekeringan membuat penderitaan warga yang kesulitan air kian berat.

Advertisement

Kepala Desa Mangunan, Dlingo Poniyat mengungkapkan, keberadaan bak penampungan air di desanya sangat minim. Alhasil kata dia, saat musim hujan warga tidak bisa menampung air hujan untuk disimpan sebagai cadangan air saat kemarau.

Fasilitas bak penampungan air itu sangat dibutuhkan di dusun-dusun yang paling rentan mengalami kekeringan saat kemarau, atau daerah yang terletak jauh dari sumber air.

“Kalau satu atau KK ada satu bak saja kan bisa menampung air saat hujan, atau satu titik lokasi satu bak. Sekarang justru tidak ada,” ujar Poniyat, Senin (3/8/2015).

Advertisement

Lantaran tidak ada fasilitas yang memadai, warga di lokasi rawan kekeringan menurutnya bakal kesulitan mendapat air saat kekeringan tiba. Mereka harus berjalan jauh mencari air ke sumber air yang masih tersedia seperti sendang.

Padahal kekeringan diprediksi tinggal menghitung hari. “Untuk di wilayah ini, kami prediksi pertengahan Agustus sudah mengalami kekeringan. Saat ini saja debit air sudah berkurang,” kata dia.

Beberapa dusun seperti Kanigoro, Cempluk dan Sokorame menurutnya termasuk titik-titik rawan kekeringan.

Advertisement

Sementara di Desa Srimartani, Piyungan Bantul tercatat ada tiga dari total 17 dusun yang paling rawan kesulitan air, yaitu Dusun Kemloko, Umbulsari dan Rejosari. Ketiga wilayah ini berada di perbukitan yang jauh dari sumber air.

Beberapa dusun lainnya di perbukitan sejauh ini sudah diupayakan mendapat suplai air dari daerah bawah dengan sistem pompa untuk mengalirkan air. “Tapi air belum bisa sampai ke tiga desa itu,” terang Kepala Desa Srimartani, Mulyana.

Kendati demikian, ia mengklaim, kekeringan baru mulai dirasakan warga dua bulan ke depan. Sebab saat ini menurutnya, air di berbagai sumber seperti sendang dan sumur masih tersedia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif