Jogja
Minggu, 30 Agustus 2015 - 04:20 WIB

KURS RUPIAH : Industri Kecil di Bantul Terdampak Pelemahan Rupiah

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Foto Perajin Gerabah Kasongan (JIBI/Harian Jogja/Antara)

Kurs rupiah yang masih lemah terhadap dolar AS menyebabkan industri kecil di Bantul terdampak

Harianjogja.com, BANTUL- Ribuan Usaha Mikro Kecil Menangah (UMKM) di Bantul bergantung pada barang impor. Tertekannya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dipastikan mengancam industri kecil di wilayah ini.

Advertisement

Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Kabupaten Bantul Sulistyanta menyatakan, di wilayah ini tercatat sebanyak 18.000 UMKM yang melibatkan 99.000 pekerja. Sebanyak 40% diantaranya atau sekitar 7.200 UMKM menggunakan bahan impor untuk produksi komoditas. Baik dalam porsi besar maupun kecil.

“Bahan impornya ada yang tidak sampai dua puluh persen ada juga yang lebih, jadi campuran dengan bahan lokal,” terang Sulistyanta, Jumat (28/8/2015).

Sejumlah produk kerajinan lokal seperti gerabah, tembaga, perak dan alumunium menggunakan bahan impor dalam jumlah kecil.

Advertisement

Sedangkan komoditas seperti tahu, tempe dan kuliner berbahan gandum membutuhkan lebih banyak bahan baku impor antara lain kedelai dan tepung gandum. Padahal pembelian barang-barang impor itu menggunakan mata uang dolar.

Artinya kata dia, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar akan melambungkan harga barang impor tersebut dan dapat berujung pada kerugian di sektor industri.

Pemerintah daerah tidak dapat berbuat banyak mengatasi persoalan ini. Beberapa cara yang mungkin dilakukan yaitu mengurangi beban biaya perizinan ribuan UMUKM tersebut.

Advertisement

“Misalnya izinnya dipermudah supaya ekonomi cepat bergerak, atau pemerintah memfasilitasi perizinan dan membantu biaya seperti untuk pengurusan SVLK [sistem verifikasi legalitas kayu] untuk industri kayu,” paparnya.

Sejauh ini, Sulistyanta mengklaim belum ada pergolakan di kalangan industri kecil di Bantul menyusul melemahnya ekonomi global. Ia yakin pelaku industri tidak kehabisan cara beradaptasi pada krisis ekonomi. Misalnya dengan mengurangi porsi makanan dan minuman yang dijual, khusus industri kuliner agar pedagang tidak merugi.

Sementara itu, di sektor industri besar seperti pabrik rambut palsu Dong Young Trees di Piyungan, Bantul belum mengalami dampak buruk akibat pelemahan nilai tukar rupiah.

Bagian Sumber Daya Manusia (SDM) PT Dong Young Trees, Agung Sutrisno menyatakan, sampai detik ini tidak ada rencana perusahaan mengurangi tenaga kerja akibat kenaikan bahan baku. “Justru kami harus menambah tenaga kerja karena jumlah saat ini masih kurang. Untuk memenuhi target 3.500 tenaga kerja saja masih sulit,” ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif