Jogja
Kamis, 8 Oktober 2015 - 00:20 WIB

PERTANIAN BANTUL : Kedelai Ditanam Sekali Setahun, Hasil Panen Tak Mampu Penuhi Kebutuhan

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi kedelai (JIBI/Harian Jogja/Bisnis Indoensia)

Pertanian Bantul untuk komoditas kedelai masih membutuhkan suplai dari luar karena produksi dalam daerah tidak mencukupi kebutuhan

Harianjogja.com, BANTUL- Petani Bantul kesulitan memenuhi permintaan kedelai lokal untuk bahan baku tahu dan tempe. Kebutuhan tahu dan tempe saat ini masih harus bergantung pada kedelai impor.

Advertisement

Petani kedelai asal Dusun Selo, Sidmulyo, Bambanglipuro, Bantul Eko Suranto mengungkapkan, dalam setahun atau tiga kali musim tanam, petani di desanya hanya dapat berproduksi kedelai di satu kali musim tanam. “Di sini sudah diatur pola tanamnya, padi, kedelai dan kacang tanah,” ungkap Eko Suranto, Selasa (6/10/2015).

Kedelai ditanam pada periode Mei-Agustus. Bila pola tanam itu dilanggar, dipastikan keseimbangan lingkungan dapat terganggu dan memunculkan berbagai hama penyakit tanaman. “Jadi enggak bisa tanam kedelai terus sepanjang tahun, atau tanam padi terus,” ujar dia.

Tahun ini, petani telah melakukan panen raya kedelai pada Agustus lalu dengan pendapatan 1,4 ton per hektare. Harga kedelai lokal per kilogram Rp7.300-Rp7.500. “Sebenarnya harga turun, tahun lalu harga per kilogram sampai Rp8.000,” tuturnya.

Advertisement

Di Sidomulyo terdapat sekitar 10 hektare tanaman kedelai pada musim tanam kedua tersebut. Jumlah itu menurut Eko tidak cukup memenuhi permintaan kedelai dari produsen tahu dan tempe. Saat ini saja, stok kedelai di tingkat petani sudah habis.

Petani kedelai lainnya Lasiyo Syaifuddin mengatakan, mau tidak mau kebutuhan bahan baku tempe masih harus bergantung dengan kedelai impor. “Karena kalau mengandalkan kedelai lokal enggak bisa. Produksi di petani sangat terbatas tidak bisa memproduksi kedelai sepanjang tahun,” ujar petani asal Dusun Ponggok, Sidomulyo, Bambanglipuro itu.

Belum lagi persoalan hama dan cuaca yang dapat menurunkan produksi kedelai. Di wilayah tempat tinggal Lasiyo, tahun ini menghasilkan Rp1,6 ton kedelai per hektare. Tahun lalu produksi kedelai mencapai 2,5 ton. Kondisi cuaca tahun ini diyakini mempengaruhi penurunan produksi kedelai lokal.

Advertisement

Produsen tahu dan tempe asal Srandakan, Bantul Wanuri sebelumnya cemas pasokan kedelai lokal kian menipis. Sebab saat ini, perajin tahu dan tempe mulai banyak beralih ke kedelai lokal akibat melonjaknya harga kedelai impor sebagai dampak pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar belakangan ini.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif