Jogja
Sabtu, 28 November 2015 - 14:20 WIB

SAPARAN BEKAKAK : Ada Sepasang Pengantin dalam Saparan Bekakak di Gunung Gamping

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Saparan bekakak di Gunung Gamping yang digelar Jumat (17/11/2015) menampilkan sepasang pengantin

Harianjogja.com, SLEMAN -Saparan Bekakak kembali menarik perhatian warga, Jumat (27/11/2015). Tidak hanya karena ogoh-ogoh yang ikut tampil menghibur tetapi utamanya karena ada sepasang pengantin yang diarak menuju Gunung Gamping.

Advertisement

Sepasang laki-laki dan perempuan itu duduk bersila di dalam tandu pengantin. Mereka duduk berdampingan mengenakan pakaian adat Jawa Basahan yang dikelilingi dekorasi janur kuning pada bagian luar tandu.

Empat laki-laki berseragam merah mengangkat tandu dan berjalan berirama dari Lapangan Ambarketawang menuju Gunung Gamping yang jauhnya sekitar 5 km. Selama perjalanan, dua pengantin itu diiringi ratusan bregodo dan tiga ogoh-ogoh.

Namun pengantin itu diarak hanya untuk disembelih karena mereka bukanlah manusia melainkan bekakak yang terbuat dari tepung beras.

Advertisement

“Bekakak pengantin merupakan pengejawantahan dua pasang abdi dalem yang kejugrugan [kejatuhan] di Gunung Gamping,” kata panitia Saparan Bekakak, Suharyanto.

Menurut sejarah, sebelum Sultan Hamengku Buwono (HB) 1 masuk Keraton Jogja, sultan sempat singgah di Ambarketawang. Pada saat itu ada dua abdi dalem terkasihnya yang merupakan sepasang suami istri tengah menggali Gunung Gamping. Secara tiba-tiba keduanya kejatuhan bebatuan gamping dan meninggal dunia.

“Atas pemikiran HB 1 maka diadakan sesaji. Dibuatkan bekakak dari tepung beras mirip suami istri,” jelasnya.

Advertisement

Bekakak itu untuk mengelabuhi agar tidak terjadi korban selanjutnya.

Seperti tradisi tahun-tahun sebelumnya, kedua bekakak disembelih pada bagian leher ketika sampai di Gunung Gamping. Juruh atau cairan gula jawa yang keluar dari bekakak itu menyimbolkan darah yang keluar dari sepasang abdi dalem.

Camat Gamping, Priyo Handoyo, menambahkan selain mengenang tokoh di Ambarketawang, Saparan Bekakak juga sebagai wujud syukur masyarakat atas rahmat kehidupan. Bagi dia, Saparan Bekakak perlu dilestarikan. Tidak hanya untuk pelestarian budaya tetapi juga sebagai ajang kerukunan dan silaturahmi.

Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif