Jogja
Senin, 20 Juni 2011 - 16:54 WIB

Buruh panen langka, sistem ijon marak

Redaksi Solopos.com  /  Budi Cahyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

SLEMAN: Banyak petani di Sleman terpaksa menjual tanaman padinya kepada penebas beberapa pekan sebelum panen. Hal ini disebabkan karena petani mulai kesulitan mencari buruh pemanen padi, Senin (20/6).

Setyo Wardoyo, 41, petani asal Desa Margoagung, Seyegan mengatakan, berkurangnya buruh pemanen dikarenakan penghasilannnya sedikit. Mereka umumnya hanya diberi persenan gabah berdasarkan hasil yang dipanen.

Advertisement

Buruh pemanen umumnya meminta sistem upah diganti dengan uang harian. Namun tidak semua petani mampu membayarnya.

“Untuk yang petani kaya bisa membayar upah harian rata rata Rp15.000. Biasanya yang lahannya luas. Tapi kalau petani kecil seperti saya berat,” ujar dia, Senin (20/6).

Akibatnya, petani dengan sukarela menjual ke penebas. Rata-rata per seribu meter dihargai paling tinggi Rp1 juta hingga Rp1,5 juta. Tak jarang banyak yang menjual dibawah harga tersebut.

Advertisement

Padahal jika memanen sendiri hasilnya bisa mencapai 6 sampai 7 kuintal per seribu meter. Dengan harga gabah basah Rp300.000 per kuintal, sekali panen bisa menghasilkan sekitar Rp2,1 juta.(Harian Jogja/Sumadiyono)

Foto Ilustrasi

Advertisement
Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif