SOLOPOS.COM - Sejumlah anak sedang memainkan perangkat gamelan, dalam Pergelaran Karawitan 66 Jam Tanpa Henti, di Alun-alun Wates, Rabu (18/10/2017) malam. Permainan mereka merupakan penampilan awal yang menandainya dimulainya kegiatan. (Uli Febriarni/JIBI/Harian Jogja)

Pergelaran Karawitan 66 Jam tanpa henti merupakan ajang regenerasi pengrawit Kulonprogo.

Harianjogja.com, KULONPROGO— Pergelaran Karawitan 66 Jam tanpa henti, di Alun-alun Wates, mulai Rabu (18/10/2017), menjadi ajang regenerasi para pengrawit di Kulonprogo. Penabuh gamelan tak hanya didominasi orang dewasa, melainkan juga remaja dan anak-anak kecil.

Promosi Mi Instan Witan Sulaeman

Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud) Kulonprogo, Untung Waluyo mengatakan, dari total 1.200 lebih orang pengrawit yang berpartisipasi dalam kegiatan tersebut, tidak sedikit di antaranya merupakan siswa-siswi Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kulonprogo. Cuaca yang sering hujan, juga tidak dianggap sebagai kendala bagi kegiatan yang digadang-gadang akan memecahkan rekor MURI tersebut. Para pengrawit duduk di atas panggung, yang dibagi menjadi empat panggung, mereka berasal dari 48 paguyuban.

“Persiapan anak-anak ini dimulai sejak festival karawitan remaja yang pernah digelar di Sermo, semua yang menjadi peserta diikutkan. Kemauan untuk melestarikan budaya menjadi tak terbantahkan, anak-anak sudah siap,” kata dia Rabu (18/10/2017) malam.

Wakil Bupati Kulonprogo, Sutedjo menuturkan, pergelaran Karawitan 66 Jam Tanpa Henti itu membuktikan bahwa potensi karawitan di Kulonprogo cukup besar. Lewat pergelaran karawitan ini juga, berarti Pemerintah Kabupaten memberikan kesempatan kepada paguyuban-paguyuban karawitan di Kulonprogo, untuk menunjukkan kemampuan mereka. Ia berharap, seni karawitan di Kulonprogo semakin berkembang, dan bisa menjadi kebanggaan tersendiri bagi Kulonprogo.

“Kami bangga, ada regenerasi anak-anak muda bermain karawitan. Ini menunjukkan bagaimana cara mereka mencintai budaya sendiri,” kata dia.

Salah seorang pengrawit asal Sekolah Dasar Negeri Serang, Pengasih yaitu Alviana mengatakan, untuk mengikuti kegiatan pergelaran karawitan 66 jam, ia dan teman-temannya tidak memiliki persiapan khusus. Sebelum tampil, mereka telah berlatih sebanyak tiga sampai empat kali sebelumnya.

“Kami sudah terbiasa bermain gamelan, dan sering tampil juga. Jadi tidak masalah berarti,” kata dia.

Sedangkan pengrawit dari Garda Budaya SMP N 2 Galur, Muhammad Ridwan menuturkan, ia sebelumnya berlatih karawitan setiap jam istirahat belajar di sekolah. Total mereka mempersiapkan diri selama dua bulan, dan sebelumnya telah mengikuti lomba karawitan di Waduk Sermo, beberapa waktu lalu.

Ridwan mengaku, ia belum pernah bermain gendang selama 1,5 jam tanpa henti. Permainan paling lama yang pernah ia lakukan adalah 20 menit. “Tadi bermain gendang tidak gantian dengan yang lain, rasanya capek juga,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya