Jogja
Rabu, 14 Oktober 2015 - 18:20 WIB

1 SURA : Jamasan Kitab Daun Lontar

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Jamasan pusaka kitab daun lontar kalimasodo. (Harian Jogja/Holy Kartika N.S)

1 Sura di Kulonprogo digelar jamasan kitab daun lontar

Harianjogja.com, KULONPROGO- Sudah lima generasi pusaka kitab daun lontar kalimasodo diwariskan turun termurun dari garis keturunan Mangun Sendjoyo.

Advertisement

Memasuki tahun baru Islam 1 Hijriyah atau yang juga dikenal sebagai 1 Suro oleh masyarakat Jawa, jamasan atau pembersihan pusaka dari kitab itu kembali dilakukan warga di Dusun Klebakan, Desa Salamrejo, Sentolo Rabu (14/10/2015).

Di kediaman Mugiharjo, generasi kelima dari Mangun Sendjoyo, sejumlah warga telah berkumpul untuk menyaksikan prosesi jamasan pusaka tersebut. Warga yang datang kebanyakan adalah tetangga sekitar rumah laki-laki paruh baya itu.

Setiap memasuki tanggal 1 Suro dalam kalender jawa, kitab yang telah berusia ratusan tahun tersebut dikeluarkan dari sebuah peti untuk disucikan atau dibersihkan.

Advertisement

Kitab sepanjang 40 sentimeter dan lebar lima sentimeter itu, tergulung rapi dan selama ini tidak diperkenankan untuk keluar dari rumah sang ahli waris. Kitab daun lontar kalimasodo diyakini sudah ada sejak Kerajaan Mataram dipimpin oleh Sultan Agung.

Mugiharjo mengisahkan, kitab tersebut diberikan Sultan Agung kepada eyang atau kakeknya yang dikenal dengan nama Kyai Jlegong Kethok. Jasa sang kyai dalam mengusir bangsa asing yang menjajah tanah Mataram ini membuat Sultan Agung mempercayakan kitab tersebut kepadanya.

Namun, sebuah peristiwa di masa lampau membuat abdi dalem kraton Ngayogyakarta ini dihukum mati dengan badan dan kepala yang saling terpisah. Kitab tersebut akhirnya turun kepada sang adik, Panji Darmo Gathi yang merupakan leluhur dari Mangun Sendjoyo. Hingga saat ini, kitab tersebut telah dijaga oleh generasi kelima dari trah keluarga tersebut.

Advertisement

“Setiap tahun, kitab ini dijamas dengan diolesi minyak kasturi. Tujuannya, agar tulisan dalam kitab itu tetap terjaga. Dulu hanya keluarga saja yang boleh menjamas, tapi sudah dua tahun terakhir ini kami perkenankan tetangga sekitar untuk ikut menjamas. Harapannya, bisa dapat saling melestarikan tradisi ini,” ujar Mugiharjo

Kitab tua itu berisi tulisan berbahasa Jawa kuno atau Jawa kawi.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif