SOLOPOS.COM - Sejumlah siswa yang menjadi korban gempa bumi menanti tim medis saat diselenggarakan pelatihan dan simulasi penanganan korban gempa bumi yang digelar oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY di SLB Negeri 2 Jogja, Selasa (24/12/2013). Simulasi itu juga menekankan pada kemampuan para guru untuk memberikan pertolongan pertama sebelum tim medis datang dan pengurangan resiko bencana dikarekanan mereka mengajar untuk siswa SLB C yang menyandang tunagrahita dengan keterbelakangan mental. (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

10 tahun gempa bumi di DIY dan Jateng telah membuat warga lebih waspada

Harianjogja.com, BANTUL- Bencana alam gempa bumi yang berpusat di Bantul 10 tahun yang lalu diharapkan dapat menjadi sebuah refleksi dan momentum untuk semakin meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan masyarakat terhadap bencana alam serupa.

Promosi Uniknya Piala Asia 1964: Israel Juara lalu Didepak Keluar dari AFC

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul Dwi Daryanto mengatakan, sebagai warga yang merasakan langsung kejadian tersebut kita perlu mengenang kejadian bencana gempa tersebut.

Namun terlebih kita harus memperingati peristiwa itu sebagai momentum yang memiliki makna untuk selalu meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana gempa bumi yang sewaktu-waktu bisa terjadi lagi.

“Refleksi gempa 10 tahun ini menjadi momentum yang sangat bermakna bagi masyarakat Bantul. Selama ini kita tidak akan mengira bahwa Kabupaten Bantul punya potensi terhadap bencana gempa bumi yang sedemikian dahsyatnya,” kata Dwi, Kamis (26/5/2016).

Dwi menuturkan, gempa tektonik berkekuatan 5,9 Skala Richter yang terjadi pada 27 Mei 2006 berdampak sangat luar biasa. Hanya dalam waktu yang singkat gempa tersebut dapat menimbulkan kerusakan bangunan dan menyebabkan ribuan korban jiwa meninggal dunia.

“Jelas, 10 tahun yang lalu itu masyarakat Bantul sangat tidak siap, sehingga kerusakan bangunan dan korban jiwa sangat besar. Kerusakan bangunan infrastuktur di Bantul waktu itu mencapai Rp 28 triliun dan menyebabkan kurang lebih 4.100 jiwa meninggal dunia,” paparnya.

Sementara itu, sebagai langkah untuk meningkatkan kewaspadaan pemerintah kabupaten melalui BPBD sudah melakukan persiapan secara lebih matang. Untuk memberikan edukasi dan meningkatkan kewaspadaan pemkab membentuk desa tangguh bencana, dengan demikian melalui program tersebut diharapkan dapat mengurangi dampak dan resiko jika terjadi bencana alam gempa suatu saat nanti.

“Jika masyarakat sudah lebih siap, melalui desa tanggap bencana ini masyarakat akan lebih mandiri dan lebih paham terhadap apa yang seharusnya mereka lakukan jika sewaktu-waktu terjadi gempa. Jika masyarakat lebih siap maka dampak akan lebih minim,” tegas Dwi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya