SOLOPOS.COM - Meyrina Dwi Hasti Aulia (IST)

JIBI/Harian Jogja/Switzy Sabandar

 

Promosi Santri Tewas Bukan Sepele, Negara Belum Hadir di Pesantren

Alunan lagu Save The World menghentakkan ruangan berukuran 3×3 meter di suatu siang yang tak terlalu terang. Perlahan tapi pasti, ketukan musik berirama house membuat orang yang mendengarkannya terbawa suasana dengan menggoyangkan kepala sesuai ritme.

Meyrina Dwi Hasti Aulia (IST)

Seorang bocah laki-laki berdiri di belakang DJ booth. Tangan mungilnya lincah mengutak-atik DJ Mixer yang letaknya diapit dua buah Compact Disc Jockey (CDJ). Terkadang ia membenarkan letak headphone yang tampak kebesaran.

Di sampingnya, seorang laki-laki muda sesekali memberikan pengarahan dan mengatur  beberapa komponen di DJ mixer. Itulah sepenggal suasana yang tertangkap dalam sebuah kelas di salah satu sekolah DJ yang berada di Jogja.

“Tertarik gara-gara melihat penampilan DJ di video sekitar satu tahun lalu, kayaknya asyik dan seru jadi DJ,” ungkap Agustiano Millenio Putra Dewanto, 11, kepada Harian Jogja, Jumat (24/2), salah satu siswa di Pull DJ School.

Nio menceritakan, awalnya ia berlatih DJ secara otodidak dibantu tetangganya yang kebetulan seorang produser. Namun, sejak dua bulan lalu, ia bergabung dengan sekolah DJ yang berada di bawah naungan Fadeout Management karena ingin lebih mahir menekuni.

Siswa kelas VI SD Caritas Nandan ini mengaku, dalam tempo dua bulan ia sudah menguasai teknik dasar DJ dan telah tampil di beberapa tempat, seperti Old Friend Cafe, All Season, Predator, serta beberapa acara pentas seni lainnya.

Selama menjadi DJ, ia paling senang ketika penikmat musik menunjukkan antusiasme dengan ikut bergoyang sewaktu ia memainkan musik di atas dj booth. “Ada rasa puas, bangga, dan senang ketika penonton respons ikut berjoget,” tukas penggemar aliran House ini.

Kendati akan menghadapi ujian nasional, Nio mengaku belum mengurangi akitivitasnya menjadi DJ dan menghibur banyak orang.

Pengalaman lain dialami Meyrina Dwi Hasti Aulia P, 25, yang mengaku ditawari DJ Vanda untuk belajar nge-DJ di Yogya Disc Jockey School. Kala itu, perempuan bernama panggung DJ Moreyna ini, baru sebatas menjadi clubber yang menikmati dentuman ramuan musik hingar bingar berbagai aliran ini di club-club malam. “Tidak ada salahnya mencoba, apalagi musik DJ bukan hal baru bagi saya karena awalnya saya juga suka menikmati musik melalui clubbing,” papar Mei, sapaan akrabnya. House menjadi aliran musik yang paling disukai perempuan yang sering unjuk kebolehan dia Republic Positiva dan All Season ini.

Sekalipun kedua orangtuanya mendukung, ia tidak menampik orangtuanya selalu mengingatkan lulusan Stikes Surya Global ini dengan sejumlah nasihat, mengingat profesi DJ identik dengan kehidupan malam. “Ada rencana dari diri saya untuk menjadikan DJ sebagai profesi dan bukan sekadar hobi,” ujar dia.

Berawal dari clubbing dan akhirnya memutuskan jadi seorang DJ, juga dialami Ade Putra Anom, 23. Mahasiswa jurusan Fotografi Akademi Audio Visual Yogyakarta ini mengaku tertarik dengan performa DJ yang tampil di club malam. “Akhirnya saya putuskan untuk belajar di Motion Beat Felt and Co,” kata dia. Tidak sampai dua bulan, kemampuan dasar DJ berhasil dikuasainya. Pentas di beberapa klub seperti Boshe dan Liquid, pernah dijajalnya. Serupa dengan DJ lainnya, kepuasan manggung didapati laki-laki kelahiran Palangkaraya ini ketika crowd menjadi, yang ditunjukkan dengan para clubber mendekati DJ booth dan berekspresi mengikuti irama musik yang dikreasikannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya