Jogja
Rabu, 13 Desember 2017 - 22:40 WIB

3.496 Anak di Kulonprogo Bertubuh Pendek, Ada Apa?

Redaksi Solopos.com  /  Bhekti Suryani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/Antara)

Sanitasi dan lingkungan yang buruk jadi penyebab Stunting.

Harianjogja.com, KULONPROGO–Sanitasi buruk disebut-sebut sebagai salah satu penyebab terjadinya bayi pendek (stunting) di Kulonprogo. Data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kulonprogo mencatat, kasus stunting di Kulonprogo berjumlah 3.496 balita.

Advertisement

Kepala Dinkes Kulonprogo, Bambang Haryatno menuturkan, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan RI yang dilakukan pada 2013, Kulonprogo berada di urutan ke-43 dari 100 kabupaten/kota yang dinilai membutuhkan intervensi stunting. Agar anak terhindar dari stunting, orang tua perlu memerhatikan asupan yang bergizi dan seimbang, baik kepada ibu hamil maupun anak itu sendiri.

Namun, tidak cukup hanya memerhatikan asupan, melainkan juga sanitasi dan kebersihan lingkungan tempat tinggal. Membangun kesadaran tentang pentingnya kebersihan lingkungan dan sanitasi yang baik, menjadi fokus intervensi gizi buruk di Indonesia. Karena gizi buruk dan stunting memiliki keterkaitan.

Karena dengan sanitasi yang baik, serta kesadaran untuk menjaga kebersihan lingkungan dengan baik, maka gizi dapat terserap maksimal dalam tubuh ibu hamil (terkait kesehatan janin sejak dalam kandungan). Serta tumbuh kembang anak bisa berlangsung optimal.

Advertisement

“Kalau anak sering diare, maka pertumbuhannya bisa tidak maksimal. Persoalan sekarang, kesadaran Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) memang tinggi di Kulonprogo, masih di bawah target,” kata dia, dalam Sosialisasi 1000 Hari Pertama Kehidupan 2017, di Ruang Adikarta, Gedung Kaca, Kompleks Pemkab Kulonprogo, Selasa (12/12/2017).

Bambang menambahkan, orang tua perlu mengamati dan memerhatikan benar tumbuh kembang anak selama 1.000 hari pertama kehidupan, dihitung sejak anak masih dalam kandungan, lahir, kemudian berusia dua tahun. Biasanya, orang tua akan bingung melihat anaknya mengalami penurunan pertumbuhan fisik pada usia tiga bulan, kendati sudah memberikan asupan asi yang cukup. Yang perlu dilakukan oleh orang tua adalah tetap memberikan asi kepada anak dan tidak perlu bingung, karena nantinya pertumbuhan mereka akan kembali normal, apabila memang tidak ada kelainan tumbuh kembang.

Direktur Pembinaan Pendidikan Keluarga Dirjen PAUD dan Dikmas, Kemendikbud, Sukirman menjelaskan, secara fisik, balita stunting memiliki tinggi badan di bawah standar pertumbuhan anak normal seusianya. Bayi stunting mencerminkan kondisi gagal tumbuh pada anak di bawah usia lima tahun, akibat kekurangan gizi kronis. Di Indonesia sendiri, ada 37% atau hampir sembilan juta anak balita di Indonesia mengalami stunting.

Advertisement

“40 persen kasus stunting yang terjadi di Indonesia tidak hanya dialami oleh keluarga miskin, tetapi juga dialami oleh keluarga, yang berada di atas 40 persen tingkat kesejahteraan sosial dan ekonomi,” terangnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif