SOLOPOS.COM - Penganugerahan gelar Doktor Kehormatan Honoris Causa kepada Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf, Dewan Pakar Majelis Pelayanan Sosial PP Muhammadiyah Sudibyo Markus, dan Presiden Badan Kepausan untuk Dialog Lintas Agama Vatikan Kardinal Miguel Angel Ayuso Guixot di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Senin (13/2/2023). ANTARA/HO-Humas UIN Yogyakarta.

Solopos.com, JOGJA — Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta memberikan gelar doktor kehormatan atau Honoris Causa kepada tiga tokoh agama dunia, Senin (13/2/2023).

Tiga tokoh agama yang diberi gelar doktor kehormatan yaitu Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) K. H. Yahya Cholil Staquf, Dewan Pakar Majelis Pelayanan Sosial PP Muhammadiyah Sudibyo Markus, dan Presiden Badan Kepausan untuk Dialog Lintas Agama Vatikan Kardinal Miguel Angel Ayuso Guixot.

Promosi Era Emas SEA Games 1991 dan Cerita Fachri Kabur dari Timnas

Menteri Agama RI, Yaqut Cholil Qoumas, mengatakan penganugerahan gelar doktor kehormatan kepada tiga tokoh agama dunia oleh UIN Sunan Kalijaga sangat berarti bagi keberagam dan perbedaan iman. Dia menyebut penganugerahan kepada tiga tokoh agama ini sangat berarti tidak hanya bagi NU, Muhammadiyah, dan Katolik.

“Akan tetapi juga bagi keberagaman dan perbedaan dalam spirit antar-iman, sebagai ciri khas UIN Sunan Kalijaga,” kata Yaqut.

Untuk itu, dia menyampaikan rasa bahagianya dengan penganugerahan gelar doktor Honoris Causa kepada tiga pemimpin agama tersebut.

Dalam pidatonya, Ketua Umum PBNU, Yahya Cholil Staquf, mengajak umat Islam menempuh visi baru dan mengembangkan wacana baru tentang fikih, yaitu fikih yang dapat mencegah eksploitasi atas identitas, menangkal penyebaran kebencian antargolongan, mendukung solidaritas, dan saling menghargai perbedaan di antara manusia, budaya, dan bangsa-bangsa di dunia.

“Serta mendukung lahirnya tatanan dunia yang sungguh-sungguh adil dan harmonis. Tatanan yang didasarkan pada penghargaan atas hak-hak yang setara serta martabat setiap umat manusia,” katanya.

Sementara itu, Sudibyo Markus dalam pidatonya mengatakan perlunya menata ulang mimpi tentang kemanusiaan global, terutama dari sisi perjumpaan lintas budaya dari yang sebelumnya berwujud komitmen dilanjutkan pada aksi nyata.

Menurut dia, NU dan Muhammadiyah menjadi dua saudara pergerakan Islam yang dibanggakan masyarakat Indonesia, sebagai bagian dari gerakan Islam mainstream di Indonesia Washiyatul Islam yang menjadi bagian sejarah telah menyelamatkan negara dari ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan.

“Hingga perlunya berbagi dan memahami sejarah masa lalu. Tidak hanya di antara para pemimpin agama tapi juga pada level masyarakat, yang akan melibatkan semua elemen dari berbagai keyakinan di dalam lingkungannya masing-masing,” katanya.

Sedangkan Kardinal Miguel Angel Ayuso Guixot dalam pidatonya di antaranya mengatakan kolaborasi antar agama dapat dan harus mendukung hak-hak seluruh umat manusia, di seluruh bagian dunia pada satu waktu.

“Kita semua adalah bagian dari keluarga, dan oleh karena itu kita memiliki hak yang sama sebagaimana tanggung jawab dan kewajiban kita di dunia ini. Bahwa kemanusiaan menjadi akar kesamaan adanya kerja sama dan dialog antar umat beragama,” katanya.

Hadiah untuk UIN
Sementara itu, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta Phil Al Makin menyebut Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya Gus Yahya bukan saja pemimpin bagi kalangan Nahdliyin, tetapi juga bagi seluruh umat.

“Mohon maaf Pak Kiai, KH Yahya Cholil Staquf, Anda bukan saja pemimpin NU, tetapi juga pemimpin dan pengayom seluruh umat,” katanya saat pidato.

Menurut dia, Gus Yahya juga merupakan sosok pemimpin bagi umat-umat agama lainnya.

“Anda pemimpin bagi Katholik, Hindu, Buddha, Kristen, Konghucu, Muhammadiyah, dan Nahdlatul Ulama,” kata akademisi yang meraih gelar doktor dari Universitas Heidelberg Jerman tersebut.

Rektor mengatakan kampus UIN Sunan Kalijaga ingin merayakan menjadi tempat bertemu dan tempat yang nyaman bagi perbedaan dan kepelbagaian, berbagai iman dan berbagai tradisi keagamaan. UIN Sunan Kalijaga bertekad meneruskan komitmen ini.

Oleh karena itu, lanjut dia, seremoni penganugerahan gelar doktor kehormatan ini menjadi simbol komitmen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dalam mewujudkan hal tersebut.

“Tidak hanya menghormati tiga kelompok umat, tetapi sesuai pesan Menteri Agama, menempatkan seluruh kelompok umat beragama di Indonesia yang jumlahnya ratusan di seluruh kepulauan Nusantara,” katanya.

Dia mengatakan penganugerahan gelar doktor kehormatan ini sejatinya merupakan hadiah bagi UIN Sunan Kalijaga, karena tiga tokoh penerima gelar doktor kehormatan merupakan sosok teladan yang diperlukan bagi umat.

Mereka adalah pemimpin yang menawarkan kerja sama dialog antarumat secara dingin dan mendamaikan.

“Dan ini adalah hadiah untuk UIN Sunan Kalijaga,” kata Phil Al Makin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya