PARANGTRITIS : Duka kembali mewarnai Pantai Parangtritis, Bantul, Sabtu (31/1), kemarin. Sebanyak lima orang wisatawan, yang terdiri dari dua mahasiswa INSTIPER Yogyakarta dan tiga siswa SMP Muhammadiyah 1,Paguyangan, Brebes, Jawa Tengah, tenggelam dan diduga kuat tewas akibat terjangan gelombang.
Pantai indah di wilayah Bantul itu sontak diwarnai duka, tatkala ombak besar yang menjadi ciri Pantai Selatan Jawa, menyeret dan menghanyutkan dua rombongan wisatawan lokal yang berbeda, dalam waktu relatif amat berdekatan. “Musibah itu terjadi pk 05.45,” kata Komandan SAR (Search And Rescue) Pantai Parangtritis, Suroyo, kemarin.
Dua korban yang tenggelam masing-masing Soni Haryono (19), warga Papringan, Jogja dan Eqy (21) warga Jember, Jawa Timur. Keduanya berstatus mahasiswa INSTIPER Yogyakarta, dan sedang menjalin tali kasih.
Sedangkan tiga korban lainnya, siswa SMP Muhammadiyah 1, Paguyangan, Brebes, Jawa Tengah, masing-masing Arif Budi Nugroho (16), Andrea Setyo Budi (16) dan Risky Firmansyah (16).
Sebelumnya, siswa asal Magetan, Adi Wibowo juga tewas digulung gelombang Parangtritis, 27 Juni tahun lalu, atau 11 hari setelah warga Spanyol, tewas terseret ombak besar.
Sebelumnya, siswa asal Magetan, Adi Wibowo juga tewas digulung gelombang Parangtritis, 27 Juni tahun lalu, atau 11 hari setelah warga Spanyol, tewas terseret ombak besar.
Beli minuman
Kedua mahasiswa INSTIPER setiba di Parangtritis, mampir ke warung untuk membeli minuman. Mereka kemudian berjalan ke arah timur dari Posko SAR Pantai Parangtritis, ingin menikmati sejuknya air laut Parangtritis di pagi hari.
Soni dan Eqi bermain di perairan bagian tepi, apalagi saat itu air sedang surut. Alunan gelombang pun biasa-biasa saja, tanpa tanda-tanda bahaya. Tanpa disadari kedua anak muda itu, dari arah perairan dalam tiba-tiba gelombang besar datang tiba-tiba—menyapu dan menyeret mereka ke tengah.
Saat hampir bersamaan, puluhan siswa SMP Muhammadiyah 1, Paguyangan, Brebes, Jawa Tengah, dengan bus tiba di Parkiran bus Pantai Parangtritis, pk 5.30 WIB. Setiba di kawasan wisata itu, siswa itu berlarian menuju pantai…Mereka bermain-main di pasir di pantai.
Saat kegembiraan dirasakan mereka, sekonyong-konyong gelombang besar menyergap. Mereka kaget dan sebagian siswa terjatuh kena dorongan ombak. Tapi, saat air kembali ke tengah, ternyata menyeret tiga siswa. Mereka pun hilang. “Barangkali dalam tiga sampai lima hari ke depan, mereka sudah ditemukan,” papar Suroyo.
Sebagaimana dilaporkan rombongan, menurut dia, sebetulnya tiga siswa yang hilang itu sudah dicoba ditolong teman-temannya. Tapi tarikan arus yang kuat, membuat mereka gagal menyelamatkan kawan-kawannya. “Tujuh orang bisa lolos dari seretan ombak,” kata Komandan Tim SAR Parangtritis.
Sejumlah anggota Tim SAR hingga kemarin petang menyisir tepian Pantai Parangtritis hingga Pantai Depok. Mereka terus mencari tanda-tanda apakah korban tampak. “Kami tetap siap siaga, dan terus mencari korban. Harapannya korban segera diketemukan,”kata Suroyo.
Tim SAR dibagi ke dalam dua kelompok. Satu tim mencermati gelombang dan ombak, untuk melihat tanda-tanda yang terkait korban. Sementara, yang lainnya bergerak ke arah selatan.
Secara terpisah, staf Data dan Informasi Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Yogyakarta, Agus Triyanto, dalam pencermatan terakhir BMG, bahwa tinggi gelombang di Pantai Selatan saat ini mencapai 2,5 meter.
Tingginya gelombang tersebut, menurut dia, akibat dorongan angin baratan yang kuat dan pengaruh angin regional yang memiliki massa yang kuat di sebelah barat daya. Pertemuan dua energi dan gelombang angin ini mengakibatkan ombak sangat besar. Apalagi, jika terjadi di perairan berpalung, cekungan dalam di dasar laut, seperti di Parangtritis, bisa mengakibatkan pusaran mematikan.
Gelombang ini sangat berbahaya bagi nelayan untuk melaut. Perahu tradisional amat riskan dioperasikan dalam kondisi seperti ini.
Menurut Agus, gelombang besar seperti yang terjadi Sabtu (31/1) diperkirakan masih bisa terjadi dalam tiga hari mendatang. Oleh karena itu, menurut dia, para nelayan dan para turis yang ingin menikmati pantai seyogianya perlu hati-hati…
“Tinggi gelombang fluktuatif, kami sarankan [kepada masyarakat] untuk waspada,” kata Agus. (Harian Jogja Cetak/Dian Ade Permana & Shinta Maharani)