Jogja
Rabu, 7 Maret 2018 - 14:55 WIB

80% Objek Wisata Gunungkidul Belum Ramah Difabel

Redaksi Solopos.com  /  Kusnul Istiqomah  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Nelayan Pantai Baron berangkat melaut, Kamis (25/1/2018). (Herlambang Jati Kusumo/JIBI/Harian Jogja)

Bahkan penyandang disabilitas kurang dilibatkan di sektor pariwisata

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL-Berkembangnya pariwisata di Gunungkidul belum dibarengi dengan peningkatan fasilitas wisata bagi penyandang disabilitas. Bahkan penyandang disabilitas kurang dilibatkan di sektor pariwisata.

Advertisement

Ketua Forum Komunikasi Disabilitas Gunungkidul Hardiyo mengatakan, dari semua objek wisata (obwis) yang ada di Gunungkidul hampir 80% di antaranya masih belum ramah penyandang disabilitas. “Padahal Gunungkidul sudah ditetapkan menjadi Kabupaten Inklusif, tetapi mengapa untuk pariwisata masih belum ramah difabel. Kami memperkirakan kurang lebih 80 persen wisata di Gunungkidul yang belum ramah difabel,” ujar Hardiyo, Selasa (6/3/2018).

Dia mencontohkan Pantai Baron dan Pantai Wediombo dinilai masih kurang fasilitas untuk penyandang disabilitas. Salah satunya akses jalan turunan untuk difabel tidak ada. Selain itu Taman Kota Wonosari juga masih kurang untuk dukungan penyandang disabilitas. Jalan turunan yang diperuntukkan penyandang disabilitas nihil. Kamar mandi juga dinilainya tidak mendukung.

“Hal ini menunjukkan upaya Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dalam menyediakan fasilitas kepada masyarakat penyandang disabilitas yang masih belum maksimal,” ujarnya.

Advertisement

Dia berharap agar peningkatan potensi wisata juga dibarengi dengan perhatian pemkab terhadap penyandang disabilitas. Mulai dari dukungan berupa infrastruktur pendukung jalan ataupun bangunan yang ramah difabel. Selain itu juga tulisan berjalan atau running text, petunjuk atau informasi braille, ramp dan handrail pada akses masuk perlu ditambahkan di tempat wisata.

Hardiyo mengatakan penyandang disabilitas ada berbagai macam, mulai dari tunanetra yang membutuhkan informasi dalam bentuk braille, penyandang tuli yang perlu running text dan tunadaksa yang memerlukan ramp dan handrail jalan khusus untuk difabel.

“Saya juga berharap para penyandang disabilitas juga dapat dilibatkan dalam pengembangan pariwisata di Gunungkidul. Para penyandang disabilitas yang memiliki keahlian dapat dijadikan bantuan tenaga pendukung pariwisata. Banyak dari rekan-rekan difabel yang juga memiliki keahlian, membuat produk kesenian seperti ukiran topeng, barang ini dapat dijual kepada wisatawan dan menjadi nilai tambah untuk mereka. Mereka yang memiliki keahlian juga perlu difasilitasi, dan diberdayakan menjadi tenaga pendukung pariwisata,” ujarnya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif