Jogja
Senin, 25 Juli 2011 - 15:54 WIB

8.000 Ha palawija di Jatimulyo mati

Redaksi Solopos.com  /  Budi Cahyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

BANTUL—Kekekringan di Desa Jatimulyo Dlingo, kian meluas. Sedikitnya 8.000 hektare tanaman palawija mati lantaran tak ada air. Peternak pun terpaksa membeli pakan rumput hingga ke wilayah Sleman.

Paimo, Kepala Desa Jatimulyo, Dlingo, kepada wartawan, Senin (25/7) mengungkapkan, matinya tanaman palawija tersebut mulai terjadi sejak dua bulan terakhir. Sebelumnya pada awal kemarau Juni lalu, hanya tanaman padi milik petani yang mati atau batal disemai karena air mengering. Petani lalu menggantinya dengan palawija seperti jagung, singkong  dan kacang. Namun ternyata, tanaman palawija itupun tak kuat bertahan.

Advertisement

“Totalnya se-Jatimulyo sampai 8.000 hektare. Kalau pohon-pohon masih hijau daunnya, tapi kalau palawija mati semua,” ungkapnya.

Kekeringan terjadi di lahan tadah hujan maupun irigasi dan merata di seluruh dusun di Jatimulyo. Kalau pun ada wilayah yang masih mendapat air. kata Paimo, paling lahannya hanya seluas 10 hektare. Wilayah tersebut merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS). Di luar itu, sungai-sungai kecil sudah mengering, sementara air yang ditampung petani juga sudah habis.

“Kalau apakai irigasi airnya juga enggak bisa dialirkan, karena kondisi lahannya kan naik turun,” tuturnya. Beruntung, menurut Paimo, warga desanya kebanyakan juga bekerja di mebel. Sehingga walaupun paceklik ekonomi di bidang pertanian, sebagian masyarakat masih dapat bertahan.(Harian Jogja/Bhekti Suryani)

Advertisement

Foto Ilustrasi

Advertisement
Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif