Jogja
Senin, 10 Oktober 2016 - 22:20 WIB

AGENDA PRESIDEN : Soal Kejahatan Perikanan, 45 Negara Diajak Melawan

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi). (Rachman/JIBI/Bisnis)

Agenda Presiden selama di Jogja juga melawan kejahatan perikanan

Harianjogja.com, JOGJA — Presiden RI Joko Widodo membuka acara International Symposium on Fisheries Crime di Ruang Garuda, Istana Kepresidenan Gedung Agung, Jalan Ahmad Yani, Kelurahan Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Kota Jogja, Senin (10/10/2016) pagi. Perhelatan tingkat dunia yang membahas kejahatan perikanan itu diikuti 45 negara dari lima benua. Indonesia berupaya mengajak negara-negara tersebut untuk melawan kejahatan perikanan karena sudah termasuk kejahatan transnasional.

Advertisement

(Baca Juga : PRESIDEN DI JOGJA : Jokowi Buka Simposium Internasional Kejahatan Perikanan)

Joko Widodo salam sambutannya menegaskan Indonesia tidak bisa mendiamkan persoalan kejahatan perikanan. Data FAO 2014, Indonesia berada di peringkat kedua produsen terbesar ikan laut dengan jumlah tangkapan 6 juta ton per tahun atau sekitar 6,8 % dari total produksi dunia. Angka produsen itu sebenarnya bisa ditingkatkan karena masih di bawah potensi maksimal Indonesia dengan menekan kasus kejahatan perikanan. Adanya kejahatan perikanan membuat Indonesia merugi sekitar US$20 per tahun, termasuk mengancam 65% terumbu karang.

“Karena itu dua tahun ini terus digencarkan usaha untuk melawan praktek IUU fishing seperti penangkapan dan 236 kapal ditenggelamkan karena mencuri ikan dan hasil mulai terlihat, tingkat ekspoitasi ikan mengalami penurunan antara 30 hingga 35 persen. Sehingga memungkinkan kita meningkatkan stok nasional ikan di tahun 2013 dari 7,3 ton menjadi 9,9 juta ton pada 2015,” kata mantan Walikota Solo ini,  dalam pembukaan di Ruang Garuda Gedung Agung, Senin (10/10/2016).

Advertisement

Selain itu dari Januari hingga Juni 2016 terjadi peningkatan ekspor sebesar 7,34% dari produk perikanan Indonesia. Namun Jokowi meminta Indonesia tidak cepat berpuas diri, tetapi harus terus belajar atas keberhasilan negara lain dalam melawan kejahatan perikanan.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif