Jogja
Rabu, 22 Maret 2017 - 06:20 WIB

AGENDA SENI SLEMAN : Festival Ogoh-ogoh Diikuti Peserta dari Bali

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ogoh-ogoh untuk memperingati saparan disiapkan warga Gondolayu, Jogja. (Ujang Hasanudin/JIBI/Harian Jogja)

Agenda seni Sleman akan digelar berupa festival ogoh-ogoh

Harianjogja.com, SLEMAN – Dinas Pariwisata (Dispar) Sleman akan menggelar  Festival Ogoh-ogoh Sabtu (25/3/2017) mendatang. Dari 20 ogoh-ogoh yang mengikuti festival tersebut sebanyak 14 ogoh-ogoh berasal dari komunitas budaya Sleman dan enam lainya dari Bali.

Advertisement

Kepala Dispar Sleman Sudarningsih mengatakan, tema Festival Ogoh-ogoh tahun ini mengangkat cerita rakyat. Tema tersebut sengaja diangkat agar cerita-cerita rakyat Sleman bisa tampil ke permukaan.

“Ini penting agar beragam cerita rakyat yang ada di masyarakat tetap dapat dilestarikan melalui festival ini,” katanya saat ditemui di Humas Sleman, Selasa (21/3/2017).

Adapun jalur festival ogoh-ogoh yang digelar akhir pekan nanti dimulai dari Monumen Jogja Kembali (Monjali) ke Jembatan Sardjito Baru. Nantinya, di jembatan tersebut peserta pawai akan bertemu dengan kelompok seni kirab ogoh-ogoh dari Kota Jogja. Kemudian meneruskan perjalanan ke Malioboro, Titik Nol, dan berakhir di Alun-alun Utara.

Advertisement

Koordinator Kirab Budaya Ogoh-ogoh, Nyoman Santiawan menyampaikan, jika digabungkan dengan kelompok budaya dari Kota Jogja, jumlah peserta ogoh-ogoh nantinya menjadi 43 unit ogoh-ogoh. “Saat ini panitia sedang mematangkan persiapan untuk pelaksanaan festival ini,” katanya.

Untuk mengantisipasi kemacetan, panitia telah berkoordinasi dengan pihak kepolisian dan desa-desa yang dilalui jalur ogoh-ogoh. Panitia akan melakukan rekayasa lalu lintas, termasuk menutup jalan yang dilalui ogoh-ogoh. Penutupan jalur untuk kendaraan mulai pukul 12.00 sampai 15.00 WIB.

“Kami juga sudah bekerjasama dengan desa setempat untuk menyiapkan kantong parkir bagi masayarakat yang ingin menonton,” ungkapnya.

Advertisement

Nyoman menambahkan, selain sebagai ajang pelestarian budaya, festival ogoh-ogoh juga digelar untuk memberikan hiburan alternatif bagi masyarakat. Di sisi lain pawai ini juga diselenggarakan untuk menyambut Hari Raya Nyepi.

“Ini berbeda dari pawai ogoh-ogoh di Bali yang berupa buto. Di sini ogoh-ogoh yang ditampilkan menyesuaikan tema yang diusung oleh Pemkab,” kata Nyoman.

Ketua Parisada Hindudarma Indonesia, AA Alit Mertayasa menyampaikan, festival ogoh-ogoh yang diselenggarakan di DIY bukan hanya sebagai wujud penghormatan terhadap upacara nyepi. Namun juga sebagai wujud keharmonisan antar umat beragama. “Ini sebagai simbol bahwa masyarakat DIY guyub dan rukun,” ujar Alit.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif