Jogja
Minggu, 24 Maret 2024 - 07:29 WIB

Air Kali Code Jogja Tercemar Logam & Antibiotik, Ini Sebabnya

Newswire  /  Chelin Indra Sushmita  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga Tegal Panggung, Danurejan sedang melaksanakan kegiatan perlombaan untuk memerihkn HUT RI ke-72 di tengah Kali Code tepatnya di selatan Jembatan Jambu, Kamis (17/8/2017) (Ujang Hasanudin/JIBI/Harian Jogja)

Solopos.com, JOGJA — Dosen Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM), Lintang Nur Fadlillah, menyebutkan berdasarkan hasil penelitiannya, air Kali Code Jogja mengandung senyawa logam berat dan antibiotik berlebihan.

“Kalau kita lihat sedimen (Sungai Code) di Yogyakarta ini memang kandungan logamnya tinggi. Kita mengambil sampel pada limbah bengkel yang langsung dibuang ke sungai,” kata Lintang dalam keterangan resmi humas UGM di Jogja, Sabtu (23/3/2024).

Advertisement

Tak hanya menentukan kualitas dan kandungan sedimen Kali Code, menurut Lintang, riset tersebut turut memetakan sebaran titik penumpukan limbah dan sumber polutannya.

Selain kandungan logam berat, Lintang menyebut pihaknya juga menemukan kandungan antibiotik berlebihan yang berpotensi mempengaruhi kualitas air sungai.

Advertisement

Selain kandungan logam berat, Lintang menyebut pihaknya juga menemukan kandungan antibiotik berlebihan yang berpotensi mempengaruhi kualitas air sungai.

Kandungan antibiotik di lingkungan Kali Code terakumulasi dari banyak sumber, mulai dari limbah rumah sakit, limbah kimia, bahkan dari limbah peternakan.

Menurut Lintang, tingginya kandungan logam dan antibiotik berlebihan di Kali Code ini ditengarai akibat sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang masih lemah.

Advertisement

Lintang merekomendasikan agar pemerintah daerah turut memberikan perhatian serius pada pengelolaan IPAL di Kota Jogja karena berperan penting dalam mengatasi masalah pencemaran air sungai.

Dia menuturkan pengawasan IPAL untuk industri makro, seperti pabrik dan perhotelan sudah memiliki ketentuan ketat, namun untuk skala mikro seperti limbah rumah tangga belum dilakukan secara maksimal.

“Tidak banyak desa di Jogja yang secara aktif memiliki sistem IPAL, karena keterbatasan sumber daya dan perhatian masyarakat akan lingkungan yang masih minim,” ujar dia seperti dikabarkan Antara.

Advertisement

Apabila sungai terus tercemar oleh logam berat dan residu antibiotik, dia khawatir bisa memunculkan risiko penyakit apabila dikonsumsi oleh masyarakat.

Dalam beberapa kasus, air tercemar juga menjadi penyebab munculnya kasus stunting pada anak-anak.

Padahal Pemerintah berkomitmen untuk mencapai target poin Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) ke-6, yakni akses air bersih dan sanitasi.

Advertisement

“Untuk itu, UGM turut berupaya dalam mendukung implementasi riset untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, salah satunya dengan memperhatikan kualitas air yang dikonsumsi,” ujar dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif