SOLOPOS.COM - Seorang warga Dusun Piyuyon, Desa Pacarejo, Kecamatan Semanu, Sumi menunjukkan meteran air Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang mati sejak dua pekan terakhir, Kamis (18/5/2017). (JIBI/Irwan A. Syambudi)

Selama dua pekan terakhir warga di Dusun Piyuyon, Desa Pacarejo, Kecamatan Semanu terpaksan membeli air

 
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL —Selama dua pekan terakhir warga di Dusun Piyuyon, Desa Pacarejo, Kecamatan Semanu terpaksa membeli air tangki untuk kebutuhan sehari-hari. Selain karena hujan yang tak lagi turun selama beberap pekan terakhir, saluran air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) juga mampet.

Promosi Mendamba Ketenangan, Lansia di Indonesia Justru Paling Rentan Tak Bahagia

Menurut Ketua Rukun Tetangga (RT) 01/ Rukun Warga (RW) 04, Dusun Piyuyon, Sumadi saat musim kemarau air dari PDAM debitnya selalu menurun saat musim kemarau.

Bahkan kata dia sudah selama dua minggu terakhir, air dari PDAM tak lagi mengalir sama sekali. “Sebagian sudah ada yang membeli air tangki,” kata dia, Kamis (18/5/2017).

Untuk membeli air dari tangki eceran ukuran 5.000 liter warga harus merogoh kocek hingga Rp120.000 hingga Rp200.000 tergantung jarak. Dan satu tangki air itu rata-rata hanya cukup untuk kebutuhan air selama dua hingga tiga pekan.

Namun selain membeli air tangki eceran, sebagian warga masih ada yang memanfaatkan cadangan air dari penampungan tadah hujan beberapa waktu lalu. Ada pula warga yang masih mengandalkan sisa air dari PDAM yang ditampung pada bak penampungan air.

“Hampir semua warga memiliki bak penampungan air untuk menampung air pada saat musim hujan. Agar saat musim kemarau mereka masih punya cadangan air untuk kebutuhan sehari-hari,” ujarnya.

Dari bak penampungan itu kapasitasnya cukup lumayan, kata dia bisa untuk kebutuhan minum dan mencuci sampai dua hingga tiga minggu setiap kepala keluarga. Untuk hari-hari selajutnya, warga biasanya  mengandalkan air dari PDAM yang terpasang di 11 titik.

“Untuk di dusun kami ada 11 titik yang dipasang saluran air, dan warga mengambil menggunakan selang, atau jeriken. Jika sudah memasuki musim kemarau air dari PDAM mulai berkurang dan digilir kadang dua minggu sekali atau kadang tiga minggu tergantung dari sana [sumber mata air]. Tapi untuk saat ini air dari PDAM tidak mengalir sama sekali,” jelas Sumadi.

Salah seorang warga Piyuyon lainnya, Sumi juga membenarkan jika air PDAM sudah dua pekan terakhir tidak lagi mengalir. Namun demikian hal tersebut tak terlalu dipersoalkan lantaran sudah terbisa dengan kondisi yang demikian.

“Sudah biasa setiap musim kemarau pasti air berkurang. Kalau sekarang sih masih punya air, cadangan, tapi tinggal separuh. Nanti kalau habis ya beli air tangki,” katanya.

Terpisah, Direktur Utama PDAM Tirta Handayani Gunungkidul, Isnawan Febriyanto mengatakan matinya saluran air PDAM di Dusun Piyuyon disebabkan rusaknya pompa air. Kini pihaknya sedang melakukan perbaikan dengan mendatangkan pompa air dari Jakarta.

Di sisi lain, untuk wilayah Piyuyon kata dia memang belum bisa terpasang instalasi air untuk setiap rumah. Disamping karena geografisnya kekuatan pompa belum bisa jika dipasang di masing-masing rumah.

“Memang kapasitas pompanya belum bisa untuk memenuhi kebutuhan di rumah warga,” ujar Isnawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya