SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Air tanah Jogja di Jogja berpotensi tercemar bakteri

Harianjogja.com, JOGJA — Masyarakat Kota Jogja dinilai punya kesadaran yang tinggi dalam menjalankan pola hidup yang sehat, tapi kesadaran tersebut belum cukup, karena air tanah di Jogja berpotensi tercemar bakteri E. coli yang bisa membuat warga terkena diare.

Promosi Bukan Mission Impossible, Garuda!

Hal ini disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Jogja, Fita Yulia dalam sebuah acara bincang-bincang kesehatan di Hotel Neo, Jalan Mayjen Sutoyo, Selasa (25/4/207).

Menurut Fita, masyarakat sebenarnya sudah tidak lagi buang air besar di sungai, tapi air tanah masih terancam tercemar karena tidak semua masyarakat punya sistem pembuangan tinja yang sesuai standard dan tersambung dengan jaringan Instalasi Pengelolaan Air Limbah [IPAL] Komunal.

Lebih lanjut Fita menambahkan, persoalan lahan juga menjadi kendala dalam mencegah tercemarnya air tanah. Ia mengatakan, kota Jogja yang merupakan pusat DIY punya penduduk yang padat, sehingga ketersedian lahan untuk membangun tempat pembuangan tinja jadi terbatas.
“Mereka sudah buang air besar di rumah tapi tidak punya tempat pembuangan, akhirnya disalurkan langsung ke sungai,” katanya.

Fita menyebut saluran pembuangan tinja yang langsung di arahkan ke sungai sangat berbahaya karena akan membuat air sungai tercemar dan berpotensi membuat warga terkena diare. Walaupun bakteri E. coli bisa dibunuh dengan memasak air sampai mendidih, Fita mengatakan warga masih punya kemungkinan terinfeksi saat menggunakan air untuk keperluan sikat gigi.

Sebagai solusi, ia menyarankan warga yang sudah punya tempat pembuangan sendiri agar rajin-rajin menguras septic tank dan bagi yang belum punya agar membuat septic tank yang tersambung dengan IPAL Komunal.

Germas

Sementara itu, Plt Walikota Jogja Sulistyo yang juga hadir sebagai narasumber menjelaskan mengenai Germas dan tujuannya. Ia mengatakan Germas adalah Gerakan Masyarakat Sehat yang dicetuskan melalui Inpres no 1 tahun 2017. Germas, tambahnya, bertujuan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

“Jadi dilaksanakan tidak dengan asal-asalan, harus sistematis dan tererencana. Semua masayrakat harus ikut serta dengan kesadaran, kemampuan, kemauan, untuk berperilaku hidup sehat,” jelasnya.

Ia mengatakan Pemkot mendukung Germas dengan cara mengadakan kawasan tanpa rokok, beberapa jalur pedestrian, dan penyelenggaraan car free day. Sulistyo juga menyatakan kampanye hidup bersih tidak boleh hanya disandarkan kepada Dinas Kesehatan semata.

“Ini harus dilakukan lintas Dinas. Misalnya, Dinas Pendidikan mensosialisasikan ke anak-anak. Makanan yang tidak sehat itu seperti apa dan jajan sembarang di jalan tidak boleh dilakukan. Anak-anak juga harus tahu [warung] itu airnya mengalir atau tidak. Kalau tidak mengalir, artinya airnya bolak balik buat nyuci akhirnya nempel bibit penyakit,” ungkapnya.

Upaya itu penting dilakukan menurutnya karena jika masyarakat sebuah kota lebih banyak yang sakit-sakitan, maka kota menjadi tidak berkembang “Karena dengan hidup sehat manusia jadi produktif. Kalau mau sakit ngapa-ngapain jadi enggak enak. Sehingga kita bisa melaksanakan tujuan pembangunan dengan baik. Kalau tidak ada upaya, nanti banyak masyarakat yg sakit,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya