SOLOPOS.COM - Ilustrasi hujan. (JIBI/Harian Jogja/Reuters)

Harianjogja.com, JOGJA – Sepekan sudah hujan turun menyapa warga Jogja setelah musim kemarau panjang yang membawa suhu udara hingga mencapai 35 derajat C. Puncak musim penghujan diperkirakan akan berlangsung mulai akhir November 2014 hingga Januari 2015.

Selama sepekan lalu, hujan dengan intensitas menengah hingga cukup deras terjadi setiap hari, kontras dengan yang terjadi pada dua pekan sebelumnya. Di beberapa tempat, genangan mulai terjadi. Bahkan longsor skala kecil dan angin kencang juga sempat terjadi di sejumlah lokasi.

Promosi Tragedi Bintaro 1987, Musibah Memilukan yang Memicu Proyek Rel Ganda 2 Dekade

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY Gatot Saptadi menyebutkan lembaganya telah menerima banyak laporan kejadian angin kencang dan longsor di sejumlah lokasi, di antaranya di Kecamatan Kaliurang-Sleman serta di Desa Gerbonsari dan Banjarsari – Kulonprogo.

“Sampai sekarang, hujannya masih tidak menentu. Kadang deras sekali. Kadang disertai panas. Nanti puncaknya pada akhir November hingga Januari,” ujar Gatot saat ditemui di Kantor BPBD DIY di Jl. Kenari, Jogja, Jumat (14/11/2014).

Memasuki musim penghujan, pihaknya meningkatkan kewaspadaan, antara lain dengan mengoptimalkan penggunaan peralatan early warning system (EWS) yang ditempatkan di beberapa lokasi di DIY. Di Sleman, ujarnya, pihaknya memiliki 13 unit EWS dan di Kota Jogja sebanyak 12 unit.

Gatot dan jajarannya sudah memetakan risiko di DIY. Hasilnya, sebanyak 60% wilayah DIY berpotensi bencana. Paling tidak ada 16 kecamatan yang berpotensi longsor dan 15 kecamatan yang berpotensi banjir. Kemudian, sebanyak 32 kecamatan berpotensi mengalami pergerakan tanah dengan intensitas menengah dan menengah–tinggi dengan potensi banjir bandang.

Khusus di DIY, potensi bencana banjir terbagi menjadi dua, yakni banjir air biasa dan banjir lahar hujan dari Gunung Merapi. Saat ini, pihaknya terus memantau sejumlah sungai yang melalui wilayah DIY yang berpotensi banjir dengan membawa material lahar dari Gunung Merapi.

Dia mengemukakan bahwa hingga saat ini dengan curah hujan di atas 50 mm, belum ada kejadian banjir lahar hujan di sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi. Hal itu berbeda dengan kondisi 2010 ketika Merapi baru saja meletus. Ketika itu, ujarnya, banjir lahar dapat terjadi meski curah hujan hanya berkisar di angka 20 mm-30 mm.

“Yang saya khawatirkan, begitu terjadi longsor, maka lahar yang sekian banyaknya ini turun semua. Semoga tidak terjadi.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya